Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Hangatnya Bakmi Jawa Mbah Djari dalam Hawa Dingin Perkampungan

Salah satu yang menjadi favorit warga Gunungkidul adalah bakmi jawa Mbah Djari di Desa Karangtengah, Wonosari.

4 Juli 2018 | 07.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sepiring bakmi Jawa di warung Mbah Djari, Wonosari, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bakmi menjadi salah satu kuliner tengah malam favorit warga Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di daerah Gunungkidul, Yogyakarta, salah satu yang menjadi favorit warga setempat adalah bakmi jawa Mbah Djari di Desa Karangtengah, Wonosari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bakmi ini bukan cuma unggul karena rasanya, tapi juga suasana yang ditawarkan. Warung sederhana Mbah Djari dibuka di tengah perkampungan berhawa dingin. Maka ini menjadi adalah salah satu pilihan wisata kuliner yang layak anda coba jika tengah "halan-halan" ke Gunungkidul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti inilah keseruan menyantap hangatnya bakmi Jawa di warung Mbah Djari saat malam hari…

Suara sudip alias alat masak Mbah Djari bersaut-sautan dengan nyanyi tonggeret pada malam itu, Rabu, 28 Juni. Sementara suasana perdesaan terasa nyenyat. Teng teng teng… Begitu nyaring bunyinya ketika sudip menggores sisi bagian dalam penggorengan. 

Bau bakmi Jawa dari asap yang membumbung tercium seketika. Aroma menggiurkan ini membuat para tamu yang duduk lesehan di samping gerobak gelisah kelaparan. 

Sementara itu, tangan kanan Mbah Djari masih membolak-balikkan bakmi dengan sudip. Lalu tangan kirinya mengipasi tungku berisi arang. Begitu tampak cokelat rata, Mbah Djari menghentikan aktivitasnya. Mbah Djari sedang memasak bakmi Jawa di warungnya, Desa Karangtengah, Wonosari, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Sedikit beratraksi, bakmi itu dilempar beberapa senti dari penggorengan ke piring. Di atas sajian tersebut ditaburi potongan daun seledri yang masih hijau segar. Mbah Djari mengantarkan sendiri pesanan itu kepada pelanggannya. Kadang disertai guyonan akrab bila tamunya ia kenal. 

Mbah Djari memasak bersama anak perempuannya, Puri Aprimardianti. Kata Puri, bapaknya masih termasuk garis keturunan warga Piyaman, Gunungkidul. Orang-orang daerah itu disebut-sebut menjadi pemasak ulung bakmi Jawa. Sejumlah warga Piyaman yang merantau konon sukses dengan warung bakminya.

Cara masak manual dengan tungku dan arang menjadi salah satu ciri khas masakan bakmi khas Piyaman. Api dari tungku berbahan tanah liat itu kabarnya menambah mantap aroma dan rasanya. 

“Bapak memiliki pengalaman memasak 20 tahun, sejak 1998. Pernah juga menjadi partner Bakmi Jawa Mbah Gito,” ujar Puri. Mbah Gito adalah salah satu pemasak bakmi Jawa kesohor di kota Yogyakarta.

Selepas menjadi koki di warung Mbah Gito, Mbah Djari membuka warung sendiri di kampungnya. Suasana perdesaan dan kuliner tradisional dipadukan. Kearifan lokal pun dijunjung. Semisal, selagi memasak, Mbah Djari tak pernah melepaskan blangkon dari kepalanya.

Adapun soal sajian, seperti bakmi Jawa lainnya, bakmi khas Mbah Djari dihidangkan dengan telur bebek dan ayam kampung. Ada beragam varian bakmi Jawa, mulai goreng, godog atau rebus, dan magelangan atau dicampur dengan nasi. Bakmi itu akan dihidangkan dengan cabai rawit segar.

Sebagai kawan menyantap bakmi, Mbah Djari menyediakan beragam minuman tradisional. Wedang poci tentu menjadi unggulan. Ada juga wedang uwuh dan wedang jahe.

Seporsi bakmi Mbah Djari dibanderol cukup murah, yakni Rp 12 ribu. Bila ditambah potongan ayam, harganya berkisar Rp 18 ribu. Tentu pas di kantong para pelancong berbujet minim.

Waktu terbaik menyantap bakmi ialah pukul 20.00 hingga 22.00. Alasannya, tak terlalu malam, juga saat perut sedang lapar-laparnya.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus