KENDATI pasien pertama meninggal, operasinya harus jalan terus. Semangat optimisme yang mengadaptasi ucapan Shakespeare, pujangga Inggris terkenal, itu kini menghinggapi tim kedokteran di Universitas Pittsburgh. Mereka kehilangan pasien penting Ahad dua pekan silam. Pasien yang namanya dirahasiakan itu adalah manusia pertama penerima hati babun sebagai pengganti hatinya yang termakan virus hepatitis B. Pasien yang dioperasi 28 Juni lalu itu menunjukkan tanda yang menggembirakan hingga akhir Agustus. Lima hari setelah operasi, pria berusia 35 tahun itu membaik keadaannya. Kemudian ia dipindahkan dari ruang rawat intensif (ICU) ke bangsal biasa di RS Universitas Prebysterian. Sebelum operasi kondisinya hampir mati. Dan tingkat sukses operasi ini mencapai 97%. Menurut laporan Claudia Coates dari kantor berita Associated Press, si pasien sudah menikmati makanan yang disediakan rumah sakit dan minum milk shakes cokelat. Ia asyik menonton video, terutama yang diperankan Danny De Vito. "Ia membaca artikel di koran tentang kasusnya dan punya rasa humor yang sehat. Ia juga tergelak-gelak jika mendengar lelucon tentang babun," kata Susan Manko, juru bicara RS Prebysterian. Pasien tersebut gemar senam kaki dan tangan serta berjalan ke ujung gang dirumah sakit sambil menggusur botol infus yang digantung pada kerangka beroda. Pokoknya ia bisa santai. Siapa nyana, 28 Agustus lalu kondisinya anjlok. Karena diserang demam, ia dipindahkan kembali ke ICU. Besoknya para dokter menyebutkan kondisinya kritis lagi dan beberapa hari kemudian meninggal, 71 hari setelah dioperasi. Kalau kematian ini disebabkan penolakan tubuh terhadap organ asing berarti pemanfaatan transplantasi organ hewan tertutup kembali. Dan ini berita sedih bagi ribuan pasien yang menunggu donor organ. Kini lebih banyak pasien yang butuh organ daripada donor. Di AS, misalnya, tahun lalu hampir lima ribu orang yang membutuhkan hati, namun tiga ribu yang kebagian donor. Yang membutuhkan ginjal hampir 28 ribu orang dan tidak sampai seperempat yang memperolehnya. Menurut catatan United Network for Organ Sharing, tiap 20 menit terdapat pasien baru yang perlu organ dari donor. Dalam pada itu, tiap hari enam nama dicoret, meninggal sebelum diberi organ yang dibutuhkan. Berita kemungkinan pemanfaatan donor hewan memberi harapan. Kendati organisasi penyayang binatang melakukan protes berat, dokter (apalagi pasien dan keluarganya) menganggap nyawa manusia lebih penting. Dan teknologi memungkinkan pembudidayaan babun secara intensif. Sementara ini skor 1-0 untuk pencinta binatang. Namun kuat dugaan bahwa para dokter segera mengubah skor itu menjadi satu sama. Setidaknya, begitulah harapan ribuan pasien dan keluarganya yang membutuhkan donor organ. Berita kematian dari Pittsburgh tidak seratus persen membunuh harapan itu. Setelah itu autopsi segera dilakukan. "Ternyata hati babun cukup baik,"kata Dr Anthony J. Demetris, ahli patologi yang melakukan autopsi. Sebulan setelah operasi, hati itu tumbuh tiga kali lipat, menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasien dalam keadaan normal. Hati adalah satu-satunya organ yang mampu tumbuh. "Tak satu pun orang tahu mengapa hati tumbuh dan berhenti pada ukuran tertentu," kata Demetris. Ia tak mengemukakan indikasi penolakan tubuh yang berarti terhadap organ babun itu. Pasien itu diperkirakan meninggal karena perdarahan (stroke) di otak. Jadi tak ada hubungannya dengan transplantasi hati. Tapi perkiraan ini perlu penelitian beberapa pekan lagi sebelum faktor penyebab stroke dapat dipastikan. Kini dokter berspekulasi tentang penyebab perdarahan. Salah satu dugaan: perdarahan itu terjadi karena penipisan pembuluh (aneurysm) yang memang bawaan sejak lahir, dan tiba-tiba pecah. Dugaan lain, infeksi bakteri ke otak sehingga pembuluh darah pecah. Ada indikasi bakteri masuk ketika pasien disuntik zat pewarna, sebelum dites dengan Sinar X. "Pasien ini mendapatkan perawatan ekstranormal," kata Dokter Thomas E. Starzl yang mengawasi operasi bersejarah itu. Menurut pelopor transplantasi organ hewan ini, perhatian yang berlebih bisa jadi menyebabkan terjadinya infeksi. Mungkin juga telah diberikan zat peredam kegiatan sistem kekebalan (imun) tubuh yang melebihi takaran. Untuk memastikan tak terjadi penolakan hati babun itu pasien disuntikkan empat obat penekan sistem kekebalan tubuh. Yang utama adalah FK506, yang seratus kali lebih kuat ketimbang obat serupa, dan jadi kunci suksesnya operasi. Siapa tahu pasien justru meninggal akibat lain. Seperti kata Starzl, pasien tidak dalam keadaan normal dan punya berbagai persoalan kesehatan lainnya. Pernyataan ini sempat menimbulkan dugaan bahwa pasien itu menderita AIDS. Menanggapi dugaan ini Jeffrey A. Romoff, Presiden Pusat Kesehatan Universitas Pittsburgh, menyatakan bahwa dokter diwajibkan menjaga rahasia keadaan pasien. "Dan kebijaksanaan Universitas menolak operasi tranplantasi organ kepada penderita AIDS," katanya. Namun institusinya termasuk dalam sedikit institusi yang melakukan transplantasi organ pada pasien yang terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS, yang belum menderita AIDS. Pihak Universitas Pittsburgh yakin bahwa transplantasi itu berjalan sukses. Karena itu tim Starzl kini diizinkan lagi melakukan transplantasi hati babun kepada pasien kedua. Bambang Harymurti (Washington DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini