KALAU di Palimanan penduduk menggasak bukit kapur, di Semarang
Selatan di Desa Karangkumpul, penduduk membetot bukit-bukit
cadas Penggempuran itu membuahkan pasir gunung yang mutu
rekatnya dinyatakan lebih tinggi sehingga pasarannya mengalahkan
pasir sungai. Tetapi akibat pembabatan bukit cadas itu,
seringkali terjadi resiko yang sama seperti yang dihadapi para
penggali batu kapur. Bukit-bukit ambrol dan membunuh seketika
rakyat yang mencari sesuap nasi itu.
Seperti halnya di Palimanan, sudah berpuluh-puluh korban
terkubur hidup-hidup dalam gumpalan batu cadas Semarang Selatan
ini. Termasuk sebuah truk yang jadi gepeng di bukit Simongan
tahun lalu. Untuk itu larangan keras sudah diumumkan untuk
mengingatkan rakyat agar berhenti mengganggu kedamaian bukit
cadas karunia alam itu. Rupanya kehendak untuk mencari sesuap
nasi bukan tidak dimaklumi, tetapi keselamatan nyawa lebih
dinomorsatukan.
Tetapi meskipun ada larangan dan ancaman maut, toh para pemburu
pasir cadas tak jerajera menggempur bukit. Yang menarik adalah
usaha menaklukkan bukit cadas itu secara tidak langsung memang
menguntungkan pemerintah setempat. Kenapa? Sebab sebagai bukit,
cadas itu mungkin hanya berharga sebagai sawangan alias
pemandangan, tetapi kemudian sebagai dataran yang datar ia
berubah menjadi tanah kapling yang oleh kota manapun sangat
berharga sebagai kompleks perumahan. Secara tidak langsung,
pihak Pemda Kodya Semarang sebenarnya boleh berterimakasih atas
usaha sukarela perataan bukit tersebut. Jadi halau toh pada
suatu tempat ada papan bertuliskan larangan mengambil pasir,
kadangkala maknanya hanya sebagai pernyataan saja bahwa
pemerintah tidak menginginkan ada korban tertimbun reruntuhan
bukit cadas lagi. Bukan larangan mengambil pasir.
"Kami perlu makan," kata seorang penggasak bukit cadas asal
Purwodadi Grobogan kepada Metese Mulyono dari TEMPO. "Mengambil
pasir di bukit cadas itu tidak merusak kepentingan umum, malah
meratakan," katanya lebih lanjut. Ia sudah satu tahun mengenal
batu cadas itu bersama anak isterinya. Sebagaimana halnya
penggali batu kapur, masa depannya terbatas pada jumlah batu
cadas yang ada. Manakala nanti batu cadas itu sudah merata, ia
harus angkat kaki. Tidak ada jaminan apa-apa. Risikonya pun
maut. Tetapi ia tidak takut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini