Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ikan Kaleng Diusulkan Jadi Menu Program Makan Bergizi Gratis, Amankah?

Ikan kaleng mengandung beberapa bisphenol-A (BPA), yaitu bahan kimia yang sering digunakan dalam kemasan makanan, termasuk kaleng.

15 November 2024 | 09.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi menu olahan ikan sarden. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang mendata pelaku usaha ikan kaleng untuk diusulkan ke Badan Gizi Nasional yang akan dijadikan menu program makan bergizi gratis. Penggunaan ikan kaleng akan menjadi solusi alternatif bagi masyarakat wilayah daratan karena akses ke ikan segar terkendala dengan keterbatasan rantai pendingin.

“Sekarang semua produk (ikan kaleng) kami list, kami akan ada rapat koordinasi, kami sampaikan, semua sedang berjalan. Dalam waktu dekat kami akan usulkan ke Badan Gizi,” kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistiyo, pada Selasa, 12 November 2024, seperti dikutip Antara.

Ikan kaya akan banyak nutrisi utama, yaitu protein, asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral. Akibatnya, ahli gizi ahli diet terdaftar, Frances Largeman-Roth, merekomendasikan menyantap dua porsi ikan atau lebih setiap minggu. Begitu juga dengan ikan kaleng yang menyediakan nutrisi dan manfaat sama, tetapi dalam kemasan dan sudah dimasak sebelumnya.

“Ikan kaleng adalah cara yang bagus untuk memenuhi rekomendasi dan mendapatkan nutrisi yang Anda butuhkan dengan cara yang terjangkau,” kata Largeman-Roth seperti dilansir Today.

Kendati demikian, konsumsi ikan kaleng berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Dilansir dari Healthline, ikan kaleng mengandung beberapa bisphenol-A (BPA), yaitu bahan kimia yang sering digunakan dalam kemasan makanan, termasuk kaleng.

Salah satu studi menunjukkan, BPA dalam makanan kaleng dapat bermigrasi dari lapisan kaleng ke makanan yang dikandungnya. Satu studi menganalisis 78 makanan kaleng dan menemukan kandungan BPA sebesar lebih dari 90 persen. Selain itu, penelitian lain telah memperjelas bahwa makan makanan kaleng adalah penyebab utama paparan BPA.

Selain itu, ikan kaleng juga mengandung bakteri mematikan, yaitu Clostridium botulinum. Seseorang yang mengonsumsi makanan kaleng dapat menderita botulisme, penyakit serius menyebabkan kelumpuhan dan kematian jika tidak diobati. Sebagian besar kasus botulisme berasal dari makanan yang belum proses pengemasan kaleng dengan benar sehingga ngembung, penyok, retak, atau bocor.

Rusaknya kemasan kaleng selama proses pemasaran membuat sisa udara di dalam akan mempercepat reaksi oksidasi besi sehingga konsentrasi logam makanan semakin tinggi. Logam ini akan bercampur dengan makanan dan menunjukkan efek toksik bagi kesehatan manusia, seperti Pb dan Cu.

Masuknya logam berat ke dalam tubuh manusia bisa juga melalui bahan makanan atau minuman yang telah terkontaminasi logam berat. Ikan kaleng yang mengandung bahan kimia logam berat dalam jumlah konsentrasi tinggi, jika masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, pertumbuhan terhambat, gangguan reproduksi, peka terhadap penyakit infeksi, kelumpuhan, kematian, dan menurunkan tingkat kecerdasan.

UNJA.AC.ID

Pilihan Editor: Indonesia Masuk 10 Besar Eksportir Ikan Kaleng Dunia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus