Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Diusulkan Jadi Menu Program Makan Bergizi Gratis, Ketahui Bahaya Ikan Kaleng bagi Kesehatan

Meskipun mengandung protein dan mineral penting, ikan kaleng yang dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko kesehatan.

15 November 2024 | 09.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ikan kaleng diusulkan ke Badan Gizi Nasional yang akan dijadikan menu program makan bergizi gratis. Penggunaan ikan kaleng dinilai akan menjadi solusi alternatif bagi masyarakat wilayah daratan karena akses ke ikan segar terkendala dengan keterbatasan rantai pendingin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ikan kaleng adalah makanan ikan yang dikemas dalam kaleng yang kedap udara untuk waktu tahan lebih lama. Umumnya, ikan kaleng aman dikonsumsi dengan jumlah yang disarankan menurut dokter atau ahli gizi. Meskipun mengandung protein dan mineral penting, ikan kaleng yang dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko kesehatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut bahaya dari ikan kaleng bagi kesehatan tubuh?

1. Mengadung Bisphenol-A (BPA)

Ikan kaleng mengandung sejumlah kecil BPA, yaitu bahan kimia yang sering digunakan dalam kemasan makanan, termasuk kaleng. Studi menunjukkan bahwa BPA dalam makanan kaleng dapat bermigrasi dari lapisan kaleng ke makanan. Salah satu studi menganalisis 78 makanan kaleng dan mengandung lebih dari 90 persen BPA.

Selain itu, penelitian lain telah memperjelas bahwa makan makanan kaleng adalah penyebab utama paparan BPA. Beberapa penelitian pada manusia juga telah menghubungkan BPA dengan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan disfungsi seksual laki-laki.

2. Menderita Penyakit Botulisme

Ikan kaleng mengandung bakteri berbahaya, yaitu clostridium botulinum. Bakteri ini dapat menyebabkan seseorang menderita botulisme, yaitu penyakit serius yang dapat membuat kelumpuhan dan kematian, jika tidak diobati. Sebagian besar kasus botulisme berasal dari makanan kaleng yang tidak disimpan atau dikemas dengan benar. Akibatnya, seseorang harus menjaga kemasan ikan kaleng agar tidak gembung, penyok, retak, atau bocor.

3. Menyebabkan Penyakit Kronis

Kemasan ikan kaleng yang rusak selama proses pemasaran dan sisa udara akan mempercepat reaksi oksidasi besi sehingga konsentrasi logam semakin tinggi. Logam ini sangat berbahaya karena menunjukkan efek toksik bagi kesehatan manusia. Makanan yang mengandung logam berat dalam jumlah konsentrasi tinggi, jika masuk ke tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit kronis, yaitu gangguan sistem saraf, pertumbuhan terhambat, gangguan reproduksi, peka terhadap penyakit infeksi, kelumpuhan, menurunkan tingkat kecerdasan, dan kematian.

4. Memperburuk Penderita Darah Tinggi

Beberapa makanan kaleng bisa mengandung garam yang tinggi. Meskipun tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi kebanyakan orang, kandungan ini memperburuk kesehatan sebagian penderita tekanan darah tinggi. Sebab, kandungan garam dalam makanan berhubungan dengan peningkatan risiko darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga dapat meningkatkan risiko strok dan penyakit jantung. 

5. Meningkatkan risiko Diabetes Tipe 2

Ikan kaleng juga mengandung gula tambahan yang dapat memiliki efek berbahaya bagi kesehatan. Kelebihan gula telah dihubungkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, terutama diabetes tipe 2 dan obesitas.

6. Menyebabkan Kerusakan Jaringan

Ikan kaleng mengandung natrium fosfat untuk membantu pengawetan dan peningkatan rasa. Fosfat anorganik dalam makanan kaleng dapat mengganggu regulasi hormon yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan ginjal, serta kehilangan tulang.

HEALTHLINE | UNJA.AC.ID | MEDICINENET

Pilihan Editor: 
Indonesia Masuk 10 Besar Eksportir Ikan Kaleng Dunia

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus