Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi jamur di kulit seperti kurap, panu, dan ruam tak jarang muncul saat musim tertentu. Dikutip dari WebMD, infeksi jamur disebut juga mikosis. Infeksi jamur kulit menyebabkan, mengerisik, kemerahan, gatal, pembengkakan, lepuh.
Infeksi Jamur Kulit
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat musim kemarau panjang, suhu panas memicu masalah infeksi jamur. Dikutip dari Indian Express, semakin meningkatnya suhu dalam musim kemarau panjang, infeksi jamur rentan meningkat. Itu dipengaruhi kondisi cuaca yang panas dan lembap juga keringat berlebihan.
Lingkungan yang panas akan mendorong pertumbuhan jamur, sehingga kulit kering dan keringat lebih sering terlihat. Infeksi jamur kulit bisa di bagian tubuh mana pun. Salah satu infeksi jamur kulit adalah tinea versikolor. Infeksi ini ditandai kulit menjadi lebih terang atau gelap. Kondisi itu tersebab jamur kulit yang tumbuh tidak terkendali.
Musim panas cenderung merusak kulit akibat suhu dan kelembapan yang tinggi. Saat puncaknya terik sinar matahari muncul sensasi gatal akibat keringat berlebihan, kemudian terkena debu dan polutan. Selama musim panas, keringat berlebih menyebabkan penyebaran infeksi jamur dari tangan ke bagian tubuh lain.
Dikutip dari Healthline, organisme mikroskopis ini biasanya berkembang biak lebih cepat dari biasanya atau menembus kulit melalui luka atau lesi. Sebab, jamur tumbuh subur di bagian yang hangat dan lembap. Infeksi jamur kulit sering berkembang lebih cepat di bagian yang berkeringat atau lembap dan tidak mendapat banyak aliran udara. Contohnya bagian lipatan kulit.
Infeksi ini biasanya muncul sebagai ruam bersisik atau kulit yang berubah warna dan terasa gatal. Tetap menjaga kebersihan dengan membilas tubuh setelah seharian berkeringat.
Pilihan Editor: Tanda-tanda Penyakit Eksim yang Perlu Diketahui