Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Hidup Sehat

2 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Minuman Beralkohol Tingkatkan Risiko Kanker

Bagi yang percaya minum segelas anggur bisa meningkatkan kualitas kesehatan, buanglah jauh-jauh anggapan tersebut. Sebab, menurut penelitian terbaru dan terbesar-melibatkan 1,3 juta perempuan paruh baya Inggris-perempuan yang minum segelas sehari chardonnay, bir, atau tipe minuman beralkohol lainnya, dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Hasil penelitian yang sama juga terjadi pada perempuan usia lanjut di Amerika Serikat. "Ini benar-benar mengejutkan," kata Naomi Allen, pemimpin penelitian dari University of Oxford.

Hasil penelitian yang dimuat di jurnal National Cancer Institute pada 4 Maret ini menjungkirbalikkan keyakinan banyak orang selama ini. Bahkan banyak lembaga resmi bidang pengaturan makanan di negara-negara Barat yang menyarankan perempuan dan laki-laki minum minuman beralkohol secara moderat. Karena konsumsi segelas sehari untuk perempuan-dua gelas untuk laki-laki-dapat mengurangi risiko serangan jantung dan penyakit lainnya. "Saya pikir minum wine baik untuk kesehatan. Ternyata malah dapat meningkatkan risiko kanker. Saya terkejut," kata Mirella Romansini, dokter dari Washington, Amerika Serikat, seperti dikutip di SFGate.com, Rabu pekan silam.

Anak Bekerja Cenderung Nakal

Rand Corp, sebuah lembaga penelitian dari Amerika Serikat, melakukan penelitian perilaku anak-anak yang memiliki kerja sampingan, seperti mengantar koran dan menjaga anak kecil. Ternyata mereka cenderung menjadi nakal, seperti mulai merokok, minum alkohol, mengkonsumsi obat terlarang, bahkan terlibat perkelahian.

Studi tersebut mengkaji 5.147 anak-anak kelas lima sekolah dasar, beserta orang tuanya, di Birmingham dan Los Angeles. Peneliti menemukan anak kelas lima SD yang bekerja dua kali lebih besar kemungkinan mengkonsumsi minuman beralkohol dan merokok dibanding yang tidak bekerja. Mereka juga tiga kali lipat lebih besar kemungkinan menggunakan mariyuana, 1,5 kali lebih sering terlibat perkelahian.

Burukkah anak-anak punya pekerjaan sampingan? Menurut peneliti Rand Corp, Rajeev Ramchand, temuan tersebut tidak otomatis membuktikan bahwa anak yang bekerja selalu berujung pada masalah kenakalan. "Kami tahu, bekerja bisa punya dampak positif," kata Ramchand, seperti dikutip di situs HealthDay, Rabu pekan lalu. "Namun temuan ini bisa menjadi masukan agar orang tua lebih terlibat memperhatikan anak di waktu bekerja."

Lelah Mental, Olahraga Lebih Pendek

Kelelahan mental dapat membuat orang merasa lebih capek setelah berolahraga. Ini menurut penelitian terbaru Bangor University di Wales, Inggris. Peneliti mengamati 16 orang sukarelawan yang diminta menggenjot sepeda statis hingga kelelahan, dua ronde. Tahap pertama dilakukan di saat mereka tidak mengalami kelelahan mental, tahap lainnya pada saat lelah mental.

Rata-rata responden berhenti berolahraga lebih cepat ketika mereka lelah mental. Tapi peneliti tidak menemukan kelainan pada jantung dan otot yang membuat partisipan cepat lelah berolahraga. Peneliti pun menyimpulkan, kelelahan mental memerintahkan otak agar tubuh tidak berolahraga lebih lama.

Depresi Pasca-Melahirkan Akibat Diabetes

Bagi para perempuan yang sedang hamil atau baru melahirkan, bila belum tahu kadar gulanya, segeralah melakukan cek. Karena perempuan yang menderita diabetes memiliki risiko lebih besar terkena depresi pasca-melahirkan ketimbang yang tidak mengidap penyakit gula.

Periset dari Harvard Medical School dan Harvard Pilgrim Health Care menganalisis lebih dari 11.000 orang perempuan golongan ekonomi rendah yang masuk program bantuan kesehatan di New Jersey. Mereka menemukan 15,2 persen perempuan menderita depresi selama masa kehamilan atau dalam kurun setahun setelah melahirkan. Sedangkan perempuan tanpa diabetes hanya 8,5 persen yang menderita penyakit kejiwaan seperti itu. "Depresi pasca-melahirkan sering tidak terdiagnosis dan tak terdeteksi," kata pemimpin penelitian, Katy Backes Kozhimannil. "Kabar gembiranya, depresi ini dapat diobati," tambahnya seperti dikutip di boston.com, Rabu pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus