Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kisah Bayi <font color=#CC3300>Berhati Besar</font>

Bayi baru lahir menderita tumor pembuluh darah. Kasus langka, tapi ada harapan sembuh.

2 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGIS pertama Sandy pada Juli tahun lalu disambut hangat ayah-ibunya. Sang bayi kala itu tampak sehat. Penampilan fisik dan bobotnya normal. Pasangan Taufik dan Amy sangat berbahagia.

Satu bulan berselang, keanehan mulai tampak. Tangisan sang bayi melemah dan ia sulit bernapas. Perut mungilnya pun membesar. Dokter menduga Sandy terkena infeksi virus. Bayi itu lalu dioperasi. Selang ditanam di pinggangnya untuk mengeluarkan darahnya dan memasukkan darah baru. Namun, setiap kali transfusi, hanya lima mililiter darah donor yang bisa masuk ke dalam pembuluh darahnya. Itu pun dalam waktu sangat lama: empat jam. Badan Sandy membengkak karena menahan cairan. Meski berat badannya menyusut, ia malah kelihatan gemuk.

Dari sinilah bermula kisah sedih Taufik, Amy, dan si mungil Sandy—semuanya bukan nama asli. Sandy ternyata bukan terkena infeksi virus. Ia didiag­nosis menderita hepatic hemangioendothelioma, yaitu tumor pembuluh darah yang terdapat pada hati. Inilah yang membuat lever si kecil membengkak. Jantung pun bekerja ekstrakeras sehingga ikut membengkak dan menekan jalur udara untuk bernapas. Maka dokter melubangi lehernya dan menanamkan pipa untuk membantu bernapas. Diharapkan, seiring dengan pertambahan usia si bayi, otot-otot di jalur udara itu juga menguat sehingga alat-alat bantu tersebut bisa ditanggalkan.

Hati yang besar itu juga memenuhi rongga perutnya sehingga ia sulit menerima asupan makanan secara normal. Maka ia terpaksa minum susu dengan mesin pompa lewat selang ke dalam tubuh. Tujuannya agar susu bisa masuk ke dalam tubuhnya perlahan-lahan. Jumlah cairan yang bisa masuk pun sangat terbatas.

Akibat tumor ini, Sandy juga ­mengalami hypothyroidism atau kekurangan tiroid. Padahal tiroid merupakan hormon pertumbuh­an yang tentu saja sangat dibutuhkan si kecil Sandy. Kelenjar tiroid di tubuh Sandy sebenarnya memproduksi cukup tiroid. Namun tumor di pembuluh darah ”memakan” tiroid yang diproduksi itu.

Untuk menghambat pembesaran pembuluh darah, dokter pun melakukan embolisasi, yaitu memasang penahan pa­da pembuluh ­darah. Penahan ini akan menciutkan pembuluh darah supaya jantung tak perlu bekerja terlalu berat. Biasanya orang hanya memiliki satu pembuluh nadi menuju jantung, tapi bayi ini mempunyai tiga. Walhasil, jika biasanya hanya dibutuhkan dua atau tiga penahan pada satu proses embolisasi, Sandy membutuhkan begitu banyak penahan hingga tak terhitung lagi jumlahnya.

Syukurlah berbagai usaha medis ini mampu menunjang kehidupan Sandy. Meski ia masih terbaring di rumah sakit, kesehatannya membaik dengan bantuan kemoterapi dan obat-obatan. Dokter menganjurkan pengobatan ­sampai 18 bulan agar tumor tidak tumbuh kembali di masa mendatang.

Dokter Irsan Hasan, spesialis he­patologi dari Rumah Sakit Cipto Ma­ngunkusumo, Jakarta, mengatakan hemangioma sejatinya adalah tumor jinak yang tumbuh di lever. Hemangioma terbentuk dari banyak pembuluh darah yang bentuk dan susunannya melingkar-lingkar tak beraturan. Bagi sebagian besar kasus—terutama pada orang dewasa—tumor ini relatif tak berbahaya. Ia dikategorikan jinak karena tak menyebar dan tak menyebabkan kanker di bagian tubuh lain.

Pada orang dewasa, umumnya hemangioma tak menimbulkan keluhan apa pun. Ketahuan memiliki hema­ngioma pun sering kali tak sengaja, misalnya ketika seseorang diperiksa dengan ultrasonografi (USG) atau roentgen. Itu sebabnya, pada banyak kasus orang dewasa, tumor jinak ini kadang didiamkan saja alias tak dilakukan operasi apa pun—kecuali jika dipantau ada kemungkinan menyebar atau mengganggu fungsi organ lain.

Lain cerita pada bayi di bawah satu tahun. Hemangioma menjadi berbahaya karena berefek ke fungsi jantung dan aliran darah. Pembuluh darah yang membesar di dalam hati mengakibatkan lever bengkak. Akibatnya, hati yang membesar menekan rongga paru sehingga ia sulit bernapas, maka harus dibantu alat pernapasan.

Pembesaran hati juga mempersempit rongga perut sehingga si anak kesulitan menerima makanan, seperti Sandy yang terpaksa diberi susu lewat selang makanan. ”Keluhannya bukan hemangiomanya sendiri, tapi dampaknya ke paru dan jantung,” kata Irsan. Ia menyebut 60 persen anak hemangioma mengalami masalah dengan jantung.

Meski begitu, hemangioma—termasuk jenis hemangioendothelioma—bisa diatasi dengan berbagai tahapan. Irsan menjelaskan, jika mengalami gagal jantung, pasien diberi obat untuk jantungnya atau dioperasi. Jika ukuran hati­nya terlalu besar dan sulit dioperasi, biasanya akan dilakukan embolisasi. Cara paling akhir adalah transplantasi hati. ”Meskipun ada risikonya, banyak contoh sukses transplantasi hati,” kata Irsan.

Irsan menyebut sejumlah dugaan penyebab seseorang menderita hemangioma. Seperti halnya pada jenis kanker lain, ada kemungkinan sel dalam tubuh pasien mengalami mutasi genetik. Bisa juga karena seseorang pernah mengalami hipoksia (sindrom kekurangan oksigen pada jaringan tubuh, biasanya karena perbedaan ketinggian) sehingga pembuluh darah bekerja lebih keras dan menjadi makin tak beraturan. Ini bisa menyebabkan perdarahan di hati. Pada kasus yang ekstrem, ini bisa berakibat fatal seperti koma atau kematian.

Sedangkan pada bayi, sejauh ini ada dugaan karena ibunya mengkonsumsi hormon tertentu sebelum dan selama masa kehamilan, misalnya estrogen dan progesteron.

Hemangioma hanyalah satu dari beberapa jenis tumor di hati. Yang paling ganas sebetulnya hepatoblastoma. Ini adalah tumor di sel hati yang paling berbahaya, yang banyak juga menye­rang anak-anak di bawah tiga tahun. Umumnya ditandai dengan perut membesar, demam berkepanjangan, dan berat badan merosot.

Ada pula yang dikenal dengan he­patoma. Karena paling banyak pen­deritanya dibanding tumor hati lain, penyakit ini kerap disebut kanker hati. Yang ketiga adalah kanker akibat penyebaran dari kanker di bagian tubuh lain. Misalnya, sel kanker di usus atau payudara menyebar hingga ke hati, sehingga merusak fungsi hati.

Lantas bagaimana mendeteksi sejak dini tumor pembuluh darah ini? Sejumlah dokter menyarankan pengecekan sejak masa kehamilan. Sedangkan pada orang dewasa bisa dengan melakukan cek USG atau pemindaian dengan CT-scan dan magnetic resonance imaging.

Hepatic ­hemangioendothelioma diderita 12 persen anak-anak di dunia yang mengidap kanker hati, jadi tergolong penyakit langka. Hampir semua kasus diketahui sejak awal karena berpengaruh langsung ke fungsi organ-organ lain. Pada kasus Sandy, misalnya, ketidakwajaran langsung terendus ketika sang bayi berubah membiru saat pertama kali diberi susu. Perutnya juga makin hari makin besar.

Kini Sandy masih dirawat di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit. Setelah melalui berbagai operasi, kondisi fisiknya membaik, meski harus ditopang berbagai selang dan alat bantu. Orang tuanya berharap keajaiban akan datang dan anak mereka segera pulih.

Andari Karina Anom

Akibat Hati yang Membesar

Tumor pembuluh darah pada anak ”hanya” menyerang hati, tapi berdampak ke organ-organ lain, seperti:
Menghabiskan hormon tyroid yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak
Rongga paru-paru tertekan, jalur udara tertekan
Pembuluh darah membesar sehingga hati membengkak
Rongga perut terdesak sehingga sulit menerima asupan makanan
Gagal jantung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus