Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Origami merupakan sebuah seni melipat yang berasal dari Jepang. Hanya menggunakan bahan dasar yang murah meriah, yakni kertas, kegiatan ini pun sangat digemari anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, ada beberapa hal yang patut diperhatikan orang tua sebelum mengajarkan anak kreasi origami. Dalam acara Festival Literasi Sekolah 2019 pada akhir Juli 2019, Instruktur origami dan membatik, Kambali, pun menyampaikan empat di antaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertama, ini berhubungan dengan pemilihan kertas. Menurutnya, ada dua bahan origami, yakni glossy dan kesat. Ketebalannya pun beragam, dari tebal dan tipis. Namun, khusus untuk origami, Kambali pun menyarankan untuk memilih yang kesat dan tipis sebab ini akan memudahkan anak dalam melipat.
“Yang bahan glossy dan tebal itu biasanya untuk kirigami (seni lipat-potong kertas),” katanya.
Selanjutnya, apabila seseorang tidak memiliki kertas origami, ia pun bisa menggunakan alternatif lain berupa koran. Meski demikian, yang perlu diperhatikan adalah keakuratannya sebab ia harus berbentuk persegi jika ingin dikaryakan dengan baik.
“Koran tidak apa-apa, yang penting harus simetris. Karena nanti hasilnya tidak sesuai kalau panjang sebelah,” katanya.
Apabila tadi berhubungan dengan pemilihan kertas yang baik, hal lain tentang bentuk origami. Kambali mengatakan bahwa pemilihannya harus disesuaikan dengan usia sebab ini akan berpengaruh dengan kemampuan anak dalam mengikuti orang tua.
“Kalau di bawah 8 tahun, baiknya yang dua hingga tiga lipatan. Ini bisa berbentuk kepala hewan. Kalau usia delapan sampai 15 tahun, bisa naik level ke badan hewan agar komplet. Paling akhir 15 tahun ke atas, bisa yang tiga dimensi,” katanya.
Terakhir, pengulangan demi pengulangan juga harus dikerjakan saat bermain origami karena menurut Kambali daya ingat anak-anak masih perlu diasah agar tidak melupakan cara membuat kreasi. Lebih dari itu, hal ini juga bisa menyempurnakan hasil akhir.
“Kadang kan anak suka lupa dan hasilnya kurang sesuai yang diinginkan. Jadi pengulangan itu wajib,” katanya.