Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ingin Anak Jadi Inovator? Bekali dengan Kecakapan Ini

Anak juga harus tertantang menjadi seorang inovator alias pencipta, salah satunya di bidang teknologi digital

9 September 2019 | 06.25 WIB

Ilustrasi ibu dan anak bermain di taman bermain. (Purewow /Cavan Images/ Getty Images)
Perbesar
Ilustrasi ibu dan anak bermain di taman bermain. (Purewow /Cavan Images/ Getty Images)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Punya anak yang pintar tentu jadi kebanggaan para orang tua. Apalagi bila sang anak mampu menorehkan prestasi akademis melebihi rekan-rekan sebayanya. Namun, pintar saja rupanya tak cukup. Anak juga harus tertantang menjadi seorang inovator alias pencipta, salah satunya di bidang teknologi digital

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pengamat sekaligus Praktisi Pendidikan dan Sains Indra Charismiadji menuturkan saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak menjadi konsumen digital. Padahal mengutip Laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) 2018, 65 persen anak yang sekarang duduk di bangku SD, nantinya akan bekerja di bidang yang hari ini bahkan belum ada. “Jadi hanya 35 persen pekerjaan yang masih tersisa. Yang 65 persen dituntut untuk jadi pencipta kerja, bukan pencari kerja,” kata Indra Charismiadji dalam diskusi bertajuk Sains Digital dari dan untuk Anak Indonesia di Jakarta, Jumat, 6 September 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Inovasi, menurut Indra, sesungguhnya tidak harus sesuatu yang betul-betul baru dan belum pernah diciptakan sama sekali. Indra memberi contoh ojek online. “Sejak dulu ojek sudah ada, tapi dengan inovasi teknologi kini memanggil ojek cukup dengan aplikasi,” katanya.

Kemampuan menjadi inovator itu perlu dipupuk sedini mungkin. Menurut Indra, saat ini dikenal istilah STEAM: science, technology, engineering, art, math. “Hasil belajar dari STEAM yakni anak punya nalar yang baik; menciptakan adalah kemampuan manusia yang paling tinggi,” tegasnya.

Selain itu, ada empat kecakapan abad 21 yang harus dimiliki anak-anak di masa depan: berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, dan kreatif.

Menurut Indra, anak-anak pada dasarnya bisa diarahkan untuk menjadi inovator. “Bangkitkan rasa ingin tahunya, dan keinginannya untuk memecahkan masalah. Beri mereka tantangan,” ujarnya.

Ia mencontohkan anak yang hobi bermain game di gadgetnya. Hobi tersebut bisa jadi pintu masuk untuk menantang mereka tak cuma bermain tapi juga membuat game seperti yang dimainkannya. Dengan tantangan, bisa muncul rasa ingin tahu.

Ada banyak pemrograman yang bisa digunakan anak, misalnya Scratch. “Saat mereka menemukan keasyikan, mereka akan kecanduan yang produktif. Jadi sebetulnya tinggal menggeser saja. Dari yang sekadar pengguna, sekarang jadi pencipta. Kuncinya di orangtua,” tutur Indra.

Cara lainnya adalah lewat lomba karya sains seperti yang digelar Kalbe lewat Kalbe Junior Scientist Award (KJSA). Lomba karya sains untuk siswa SD dan SMP se-Indonesia ini diselenggarakan setiap tahun sejak 2011.

Di tahun kesembilan ini, KJSA mengangkat tema digital, yang memang sedang hangat-hangatnya. “Digital berarti dua hal. Yakni cara berpikir misalnya dengan big data dan algoritma, dan alatnya misalnya dengan internet dan gawai,” tutur Pre Agusta, Direktur R&D Kalbe Group.

KJSA bisa diikuti secara perorangan oleh siswa/i kelas 4-6 SD dan kelas 7-9 SMP. Karya sains yang didaftarkan bidang IPA dan teknologi terapan, baik yang sudah jadi maupun rancangan karya yang bisa direalisasikan. Peserta mendaftar ke www.kalbe-kjsa.com, ditunggu hingga 15 September 2019

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus