Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jangan sembarangan melakukan tes antigen pada anak di rumah. Spesialis patologi klinik July Kumalawati menganjurkan orang tua membawa anak, terutama di bawah usia 10 tahun, ke fasilitas kesehatan jika ingin melakukan tes swab antigen dan tidak menyarankan tes mandiri karena berisiko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Susahnya kalau di bawah 10 tahun karena berontak, kan itu tidak nyaman, mending dibawa ke faskes karena perlu bantuan orang untuk memegang dan mengetahui persis arahnya benar atau tidak,” kata dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia menjelaskan secara anatomi anak-anak, apalagi bayi, memiliki ukuran lubang hidung yang relatif kecil sehingga orang tua atau petugas kesehatan harus berhati-hati untuk mengambil sampel di bagian nasofaring.
“Pengalaman pribadi saya di laboratorium tempat saya bekerja, (kalau) bayi, saya tidak berani langsung ke nasofaring. Biasanya minta tolong dari spesialis THT atau spesialis anak. Kalau memang tidak bisa, kami terpaksa hanya di bagian dalam cuping hidung walaupun sadar kemungkinannya untuk mendapatkannya (sampel) lebih rendah dibanding sampai belakang,” ujar July.
Jika anak dalam posisi tidak bisa diam atau berontak selama pengambilan sampel, dikhawatirkan tangkai swab malah menyasar ke tempat yang tidak seharusnya. Menurut July, alat swab harus didorong dengan menyusuri dasar rongga hidung ke belakang arah telinga, bukan ke arah atas rongga hidung yang mengarah ke tulang tengkorak.
Awas salah posisi
Selain itu, bagian dalam hidung juga dipenuhi pembuluh darah dan saraf. Jika alat swab terkena pembuluh darah, maka bisa terjadi pendarahan. Jika terkena saraf, maka dapat mempengaruhi fungsi jantung hingga lambung. Oleh sebab itu, dibutuhkan kehati-hatian saat melakukan tes usap pada anak. Anak yang rentan mimisan juga dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra. Selama dilakukan dengan tepat, anak yang rentan mimisan masih bisa dilakukan swab antigen.
“Kalau mimisan, biasanya dari pembuluh darah yang di atas. Jadi, selama kita swab mandiri kalau sudutnya benar-benar di bawah dasar dari rongga hidung, itu tidak berbahaya. Tapi kalau cenderung ke atas sedikit, itu yang memang bisa jadi pendarahan,” papar July.
Apabila darah sudah terlanjur keluar dan mengenai alat swab, sebaiknya prosedur tes tidak perlu dilanjutkan karena warna darah dapat membingungkan hasil pembacaan tes swab dan bisa memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Jika tidak terburu-buru, pasien dapat menunggu hingga pendarahan berhenti dan kemudian dilakukan tes kembali. Opsi lain, jika memang dibutuhkan, tenaga kesehatan akan melakukan swab anal sebagai cara alternatif untuk mendeteksi COVID-19.