Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Istilah yang Populer Saat Pandemi Covid-19, mulai Anosmia, Long Covid, hingga Komorbid

Apa itu Anosmia, Long Covid, dan Komorbid yang sangat akrab di telinga pada masa pandemi Covid-19?

13 Juli 2024 | 11.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tenaga medis memeriksa tekanan oksigen kepada pasien Covid-19 di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe D Kramat Jati, Jakarta, 8 Juli 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Akhir tahun 2019, kasus virus Covid-19 terkonfirmasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Tak lama setelah itu, berbagai belahan dunia mulai mengkonfirmasi temuan virus yang sama di daerahnya masing-masing, tak terkecuali Indonesia. Pandemi Covid-19 pun mulai melanda. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika virus Covid-19 menyerang tubuh seseorang seringkali diiringi dengan berbagai gejala dan penyakit lainnya, sepeti anosmia, long covid, dan komorbid. Berikut beberapa penyakit yang marak ketika pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Anosmia

Anosmia terjadi saat indera penciuman kehilangan kemampuannya. Meskipun tidak menyebabkan komplikasi yang parah, kondisi itu akan menyulitkan penderitanya. Anosmia biasanya akan membutuhkan waktu untuk hilang, bisa berbulan-bulan, dan umumnya berbeda-beda antar pasien. 

Para peneliti menemukan sekitar 15 persen pasien Covid-19 belum bisa memulihkan indera perasa dan penciuman 60 hari setelah terinfeksi, sementara hampir 5 persen berada dalam situasi yang sama hingga enam bulan kemudian. 

Menurut dokter spesialis penyakit menular di Universitas Northeast Ohio, Richard Watkins, anosmia terjadi sebagai efek samping virus yang berkembang, biak di hidung dan tenggorokan. Virus dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan di saluran hidung sehingga tersumbat, juga menurunkan kemampuan indera. Tapi, mengapa gejala ini tak kunjung hilang pada beberapa orang, belum sepenuhnya bisa dipahami para ahli.

"Reseptor virus telah ditemukan di lapisan khusus rongga hidung yang berisi saraf penciuman, yang pertama kali mendeteksi bau di udara. Meskipun reseptor ini belum ditemukan pada saraf itu sendiri, kerusakan di sekitarnya kemungkinan besar menyebabkan hilangnya bau," tutur Holbrook.

2. Long Covid

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, istilah Long Covid kerap diartikan kepada suatu kondisi yang mengakibatkan orang terinfeksi Covid-19 mengalami efek jangka panjang dari infeksinya.

Long-covid juga didefinisikan sebagai tanda, gejala dan kondisi yang berlanjut setelah terinfeksi Covid-19 akut. Istilah long-covid di berbagai negara juga beragam, ada yang menyebutnya pasca-covid, Covid-19 jangka panjang atau covid kronis.

Long Covid dapat mencakup berbagai masalah kesehatan yang sedang berlangsung. Kondisi tersebut bisa dirasakan hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Long Covid sering terjadi pada orang yang menderita Covid-19 parah atau siapapun yang pernah terinfeksi Covid-19. Lebih lanjut, Long Covid juga turut berisiko tinggi dirasakan oleh orang yang tidak divaksin kemudian terinfeksi Covid-19.

Walaupun sebagian besar orang dengan long-covid mempunyai bukti atau pernah terinfeksi Covid-19, namun dalam beberapa kasus juga ditemukan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 tidak bisa disebut long-covid.

CDC mencatat bahwa long-covid adalah serangkaian masalah kesehatan baru yang berkelanjutan dialami oleh seseorang setelah terinfeksi Covid-19. Long Covid bisa dideteksi minimal empat minggu setelah orang tersebut terinfeksi Covid-19.

Walau Long Covid berisiko tinggi dirasakan oleh orang yang terinfeksi Covid-19, tetapi tidak semua orang pula mengalami fase ini. Bahkan ada yang tidak menyadari jika dirinya terkena fase Long Covid.

3. Komorbid 

Komorbid adalah penyakit penyerta dalam hal ini penyerta penyakit Covid-19. Penyakit-penyakit komorbid yang dia maksud yakni hipertensi, diabetes mellitus, jantung, paru obstruktif kronis, gangguan napas, ginjal, asma, dan kanker.

Dari daftar penyakit komorbid tersebut, Doni Monardo, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Ketua BNPB, menuturkan bahwa penyakit ginjal dan jantung paling berisiko menimbulkan kematian bagi penderita Covid-19.

MICHELLE GABRIELA  | ALIF ILHAM FAJRIADI | BUDIARTI UTAMI PUTRI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus