Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Jangan Terlalu Bangga Bisa Multitasking, Merusak Kemampuan Kognitif Otak

Dalam melakukan lebih dari satu pekerjaan, tak jarang banyak orang yang sering melakukan kebiasaan multitasking. Apa dampak buruknya?

2 September 2021 | 08.03 WIB

Ilustrasi multitasking. kooy.ir
Perbesar
Ilustrasi multitasking. kooy.ir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seiring meningkatnya beban kerja seseorang semakin sulit untuk mengalokasikan waktunya dalam bekerja. Akibatnya, tak sedikit orang yang kemudian mengerjakan beberapa pekerjaan langsung dalam satu waktu atau sering disebut multitasking.

Dalam beberapa aspek, multitasking memang menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari, terutama ketika beban kerja tidak sebanding dengan waktu yang ada. Namun, multitasking ternyata juga memiliki beberapa dampak buruk.

Dampak buruk multitasking tersebut cukup mempengaruhi beberapa aktivitas lain. Karena itu, dampak buruk tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah dampak buruk multitasking:

Multitasking dapat merusak otak
Beberapa penelitian telah mengonfirmasi bahwa multitasking terbukti dapat merusak kemampuan kognitif otak. Dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, orang-orang yang melakukan multitasking mengalami reduksi pada bagian grey-matters di otaknya. Bagian tersebut berfungsi untuk mengontrol emosi, motivasi, dan kemampuan kognitif. 

Multitasking dapat menyebabkan beberapa masalah ingatan
Selain merusak otak, multitasking juga dapat menyebabkan permasalahan terkait memori atau ingatan. Dilansir dari pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, penelitian yang dilakukan pada 2016 menemukan bahwa multitasking menyebabkan beberapa orang kesulitan mengingat memori, baik working memory (ingatan yang menyimpan informasi relevan terkait pekerjaan yang sedang dilakukan) dan long-term memory (ingatan yang menyimpan informasi jangka panjang). 

Multitasking membuat produktivitas dan efisiensi berkurang
Beberapa multitasker biasanya beranggapan bahwa multitasking dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, dilansir dari researchgate.net, sebuah penelitian justru menemukan fakta yang berkebalikan. Beberapa pelajar dan pekerja yang diobservasi dalam penelitian tersebut justru menyelesaikan berbagai pekerjaannya dalam waktu yang lebih lama dan dengan kualitas yang tidak baik. 

Multitasking menyebabkan stres kronis
Kendati menjadi pilihan yang tak terhindarkan ketika pekerjaan banyak, multitasking sebaiknya dihindari apabila tidak ingin mengalami stres. Sebagaimana dikutip dari psychologytoday.com, sebuah penelitian menemukan bahwa sekelompok mahasiswa yang melakukan multitasking mengalami peningkatan stres. Peningkatan stres tersebut terjadi karena multitasking membuat mahasiswa memproses lebih banyak informasi daripada biasanya. Banyaknya informasi yang diproses membuat kadar stres mahasiswa mengalami peningkatan. 

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Bahaya Multitasking Buat Kesehatan Mental

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus