Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kanker Di Tauge Singapura

Di Singapura mulai dipasarkan tauge tak berakar. Tetapi perhimpunan konsumen Singapura (case) memperingatkan agar berhati-hati, karena tauge jenis baru itu bisa menimbulkan kanker.

17 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Kanker Di Tauge Singapura
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI negara tetangga kita, Singapura, belakangan ini mulai dipasarkan tauge tak berakar. Tauge jenis ini sengaja dibuat produsen untuk menyenangkan ibu-ibu rumah tangga agar mereka tidak repot dan membuang-buang waktu memotong akar. Tetapi perhimpunan konsumen Singapura (Case) memperingatkan agar berhati-hati, karena tauge jenis baru itu bisa menimbulkan kanker. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan akhir September, Case menyebutkan bahwa bahan kimia parachlorophenoxy acetic acid yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan akar tauge tadi mungkin merupakan zat yang bisa menimbulkan kanker. Perhimpunan konsumen Singapura itu mendesak Kementerian Lingkungan untuk melarang penjualan tauge tak berakar sampai hasil penelitian menyebutkan tidak berbahaya. Tauge tak berakar tersebut sebenarnya merupakan hasil penelitian para ahli yang bekerja di Departemen Produksi Primer, Singapura. Mereka berhasil menghentikan pertumbuhan akar tauge setelah menyiramkan cairan kimia parachlorophenoxy acetic acid yang dicampur dengan zat kimia lain ke dalam persemaian tauge. Ramuan kimia itu dirahasiakan secara ketat. Tauge tak berakar yang masih dalam tingkat percobaan itu kemudian dipamerkan sebagai kebanggaan dalam sebuah pameran hortikultura bulan September tahun 1980. Pameran tersebut mendapat banyak kunjungan dan tauge tak berakar itu menjadi bahan pembicaraan yang ramai di kalangan penduduk. Tetapi tak sampai setahun kemudian, rahasia ramuan kimia yang dijaga ketat oleh Departemen Produksi Primer rupanya bocor juga. Sebab tauge tak berakar sudah bermunculan di berbagai pasar dan supermarket. "Tidak diketahui apakah beberapa petani telah berhasil menemukan rumusan kimianya melalui percobaan yang mereka lakukan sendiri. Lantas melempar produk mereka ke pasar," kata seorang juru bicara dari Departemen Produksi Primer. Departemen Produksi Primer Singapura itu masih melakukan penelitian lanjutan mengenai tauge tadi. Sedangkan yang diperjual-belikan di pasar tidak berasal dari lembaga tersebut. Hasil penemuan ahli-ahli dari Singapura itu telah dikirimkan ke laboratorium badan kesehatan dunia (WHO) di Jenewa. Sedang ditunggu jawaban dari WHO mengenai tingkat toleransi manusia terhadap zat-zat kimia yang digunakan dalam pembuatan tauge tak berakar itu. Kementerian Lingkungan telah melakukan pengumpulan contoh-contoh tauge tak berakar yang dijual di pasar untuk kemudian diteliti. Pengumpulan contoh bahan-bahan makanan sebenarnya pekerjaan rutin buat kementerian tersebut untuk mengetahui apakah aman buat konsumen atau tidak. Tentang hasil penelitian terhadap tauge tak berakar seorangjuru bicaraKementerian Lingkungan berkata "Kami sedang melaksanakannya. Hasilnya segera diketahui." Orang yang paling mencemaskan masalah tauge Singapura ini adalah kepala Perhimpunan Konsumen Singapura, Ivan Baptist. Dia mempertanyakan apakah bahan penghambat pertumbuhan akar tauge yang dipergunakan sekarang ini betul-betul aman? Dia menganggap denan pencucian yang seksama bahaya yang terdapat dalam tauge itu bisa dihindarkan. Tapi bagaimanapun menurut dia satu penelitian yang kompeten harus dilaksanakan dulu sebelum bahan makanan itu dimanfaatkan. "Keuntungan karena berkurangnya tenaga dan waktu untuk memotong akar tauge tak berarti kalau dibandingkan dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan zatat kimia yang terdapat di dalam tauge tak berakar," katanya. Case yang dipimpin Ivan Baptist telah mengirimkan surat ke International Organisation of Consumcr Union (organisasi lembaga konsumen internasional) untuk memperoleh keterangan lebih lanjut mengenai zat-zat kimia penghambat pertumbuhan akar. Di Indonesia, sepanjang yang diketahui belum pernah terdengar mengenai tauge tak berakar dengan mempergunakan pengaruh zat kimia. Secara terpencar memang ada pedagang yang menjual tauge tak berakar. Tapi prosesnya tidak menggunakan zat kimia. Tauge macam ini biasanya diperjual-belikan sebelum akarnya tumbuh. Ayam Potong Ahli-ahli farmakologi di Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta, belum pernah mempelajari zat kimia utama yang dipergunakan dalam menyetop pertumbuhan akar tauge di Singapura tersebut. "Jalan pikirannya adalah begini: Kalau dia menghambat pertumbuhan akar, maka dikhawatirkan kalau termakan zat itu akan mengganggu pertumbuhan manusia," ulas Dr. Waluyo Suryodibroto 40 tahun, dari Bagian Gizi FKUI. Zat kimia yang bisa menghambat atau mempercepat pertumbuhan memang sering dipergunakan untuk barang konsumsi. Menurut Waluyo, di Amerika Serikat para peternak ayam potong pernah menggunakan hormon estrogen dalam bentuk pelet untuk memacu pertumbuhan ayam potong. Pelet itu diselipkan ke leher ayam persis seperti susuk. Pelet hormon estrogen itu kemudian dilarang dipergunakan karena ternyata bisa membuat buah dada laki-laki menjadi besar. Yang menarik adalah bagaimana pengaruh jelek hormon estrogen (hormon wanita) itu dipergoki. Ceritanya, seorang tukang masak keturunan Cina datang ke dokter. Dia mengeluh karena buah dadanya membesar terus. Selidik punya selidik ternyata dia sangat gemar membawa pulang dan menyantap leher dan kepala ayam. Di AS leher dan kepala ayam tidak dimakan. Begitu juga isi perut hewan potong. Karena terlalu lama dipengaruhi hormon estrogen yang disisipkan di leher ayam itu maka buah dadanya membesar seperti wanita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus