Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan kebiasaan new normal salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan ketat harus menjadi now normal demi mengendalikan kasus COVID-19 yang sempat mengalami kenaikan beberapa waktu terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kenaikan kasus COVID-19 lebih dari 2.000 di hari-hari ini jelas harus dikendalikan dengan effort tambahan. Protokol kesehatan bukan hanya diterapkan saja tetapi harus lebih ketat lagi. Kebiasaan new normal harus menjadi now normal," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu menekankan pentingnya orang-orang melakukan upaya tambahan pada masa kini, salah satunya terkait imbauan bekerja dari rumah yang perlu diikuti dengan implementasi aturan langsung di lapangan. Selain itu, terkait pembelajaran tatap muka di sekolah perlu pertimbangan matang apakah tetap berlangsung 100 persen atau diturunkan menjadi 75 persen. Upaya lainnya yakni lebih meningkatkan lagi tes dan telusur, termasuk meningkatkan ketersediaan PCR dan lainnya.
"Juga perlu ditingkatkan penelusuran kasus secara masif pada kejadian transmisi lokal yang sudah ratusan orang itu, baik telusur ke depan kepada siapa mereka menularkan dan juga telusur ke belakang dari mana mereka tertular," kata Tjandra.
Di sisi lain, vaksinasi juga tetap perlu digencarkan, baik dua dosis utama maupun dosis ketiga atau booster. Data dari Kementerian Kesehatan pada 22 Januari 2022 memperlihatkan sebanyak 86,77 persen penduduk Indonesia mendapatkan vaksin dosis pertama dan 59,43 persen dosis kedua.
"Vaksinasi booster akan baik kalau amat ditingkatkan dan dipermudah pelaksanaannya," jelas mantan Direktur Penyakit Menular WHO itu.
Upaya pencegahan penularan COVID-19 dari yang datang dari luar negeri ke masyarakat sekitar, termasuk melakukan pengawasan pascakarantina, juga bisa menjadi langkah yang bisa diambil.
"Peningkatan surveilans yang amat ketat dengan data akurat. Di satu sisi jangan sampai terlambat untuk menarik rem darurat kalau sekiranya diperlukan dan di sisi lain jangan pula terlalu cepat melakukan pengetatan kalau belum sepenuhnya diperlukan," ujar Tjandra.
Selain itu, komunikasi risiko ke masyarakat luar perlu semakin dilakukan intensif, yang tak semata memberi pemahaman tentang program yang ada tetapi juga tidak membuat panik.
Baca juga: Menanti Vaksin COVID-19 tanpa Lewat Suntikan