Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemahaman mengenai apa itu catcalling menjadi sesuatu hal yang perlu diketahui. Pasalnya, fenomena ini makin marak terjadi di sekitar kita baik secara sadar atau tidak hingga rentan dinormalisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual. Sebelum istilah ini beredar, mungkin banyak di antara kita yang mengalaminya namun tidak sadar bahwa itu merupakan catcalling.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agar lebih mengetahui apa itu catcalling, contoh tindakan, hingga dampaknya bagi korban, berikut ini informasinya untuk Anda.
Apa Itu Catcalling?
Menurut Hidayat dan Setyanto dalam jurnal berjudul Catcalling sebagai Bentuk Pelecehan Seksual Traumatis, catcalling merupakan hal yang nyata dan dapat disaksikan menggunakan panca indera.
Catcalling termasuk dalam jenis pelecehan seksual yang bersifat verbal dan seringkali terjadi di ranah publik.
Tindakan tidak terpuji ini biasanya dilakukan oleh segerombolan orang, dan kerap kali pelakunya adalah laki-laki, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki terkadang juga menjadi korban.
Terdapat interaksi berbentuk simbol-simbol dalam catcalling sebab catcalling memang bertujuan untuk menggoda atau mengganggu seseorang di jalan, di mana dalam interaksi tersebut, muncul simbol maupun isyarat yang merendahkan korban. Catcalling bisa dialami siapapun dan kapanpun tanpa memandang umur.
Contoh Tindakan Catcalling
Tindakan catcalling seringkali diabaikan bahkan dinormalisasikan. Padahal, tindakan tersebut dapat membuat korbannya merasa tidak nyaman dan direndahkan.
Catcalling terbagi atas dua jenis, yani catcalling verbal dan catcalling non-verbal. Catcalling verbal, adalah tindak perilaku yang memberikan siulan atau komentar tentang penampilan korban.
Sedangkan, catcalling nonverbal adalah tindakan pelaku yang menggunakan gestur fisik untuk memberikan penilaian terhadap penampilan korban.
Adapun beberapa contoh catcalling sebagai berikut
- Panggilan orang asing di trotoar atau jalanan bahkan mungkin mendekati seseorang lalu mengatakan harus lebih banyak tersenyum.
- Orang yang menghalangi jalan untuk menatap mata dan berkata, “Hai cewek, cantik banget kayak artis”.
- Pernyataan seseorang yang mengekspresikan keinginannya untuk mengantar seseorang pulang dan melakukan sesuatu bersama mereka.
- Orang yang sengaja memperlambat mobil hanya untuk membunyikan klakson, bersiul, atau memberikan komentar yang menghina, atau memuji seseorang.
- Pelecehan jalanan, dalam hal ini bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender lainnya yang bertujuan untuk menunjukan kekuasaan dan kendali atas seseorang.
Dampak Catcalling Bagi Korban
Catcalling bisa sangat merusak korban karena memberikan dampak secara emosional maupun psikologis. Inilah 5 dampak catcalling yang dirasakan korban.
1. Stress dan Kecemasan
Korban catcalling seringkali mengalami tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Tindakan catcalling dapat membuat mereka merasa tidak aman di ruang publik dan cemas akan kemungkinan menjadi sasaran pelecehan verbal lagi.
2. Gangguan Mental
Catcalling bisa menyebabkan gangguan mental, seperti depresi, kecemasan sosial, atau gangguan stress pasca-trauma (PTSD). Korban mungkin mengalami rasa takut, malu, dan ketidakmampuan untuk merasa aman di lingkungan.
3. Merasa Rendah Diri
Catcalling merendahkan harga diri korban dan membuat mereka merasa tidak dihargai sebagai individu. Hal ini dapat mengganggu persepsi diri dan mempengaruhi rasa kepercayaan diri serta kesehatan mental secara keseluruhan.
4. Membatasi Kebebasan
Korban catcalling mungkin merasa terbatas untuk bergerak dan berpartisipasi dalam kegiatan di ruang publik. Mereka mungkin menghindari tempat-tempat tertentu atau mengubah rutinitas mereka untuk menghindari pengalaman catcalling yang tidak menyenangkan.
5. Trauma jangka panjang
Bagi beberapa korban, catcalling dapat menyebabkan trauma jangka panjang yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Pengalaman pelecehan verbal yang berulang dapat meninggalkan bekas yang dalam juga mempengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
AULIA ULVA