Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bali menjadi salah satu destinasi wisata populer di dunia. Banyak pelancong dari berbagai negara datang berkunjung. Selain keindahan alam dan budaya yang menarik, para pelancong ini juga kerap menjajal kuliner khas yang sangat beragam.
Kuliner khas Bali yang kaya rempah dengan rasa gurih, pedas, telah menjadi daya tarik tersendiri. Namun perbedaan budaya kuliner, dan kebiasaan berpengaruh juga pada kondisi pencernaan. Sejumlah pelancong tak terbiasa mengonsumsi makanan pedas dengan rasa yang kuat. Alhasil perut mereka berpotensi terkendala.
Pada akhirnya ada saja turis yang kemudian tidak cocok dengan makanan di sana. Bagi beberapa yang mencoba pertama kali atau kurang sesuai dengan kondisi tubuh akan mengalami sakit perut, orang-orang menyebut kondisi sebagai Bali Belly yang sebenarnya sama dengan travellers diarrhea atau diare traveler. Lalu, apa sebenarnya Bali Belly ini?
Dilansir dari jurnal osj.unud.ac.id, Bali Belly merupakan gangguan pencernaan yang dialami oleh para wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali. Meningkatnya wisatawan yang semakin masif tiap tahun menimbulkan berbagai dampak, salah satunya kesehatan wisatawan sendiri selama berlibur. Dikutip dari BPS Bali terjadi peningkatan turis sebanyak 8,28 persen dari bulan Januari ke Februari 2024.
Masih dari jurnal yang sama, temuan dalam Center for Disease Control and Prevention (2017), memperkirakan ada 20-70 persen wisatawan yang mengalami gangguan pencernaan saat berlibur di Bali dengan tujuan dan durasi wisata yang berbeda.
Sebenarnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya Bali Belly ini, bisa dari virus yang ada pada makanan, ketahanan tubuh, kebersihan tempat makan, kebersihan pengunjung, hingga alergi bawaan. Kebanyakan memang turis yang datang tidak terbiasa dan tidak memiliki kekebalan tubuh yang sama sebagaimana penduduk lokal. Hal ini terkadang membutuhkan penyesuaian yang tidak sebentar.
Masih dari Daily Mail gejala penyakit ini biasanya bisa ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti perut kembung, mual dan muntah, diare, lemas, bahkan demam dan nyeri otot.
Ada beragam cara mencegah penyakit Bali Belly, di antaranya:
1. Memastikan daging dan ikan yang akan dimakan dimasak hingga matang
Salah satu yang menyebabkan diare pada Bali Belly adalah bakteri salmonella. Bakteri ini sering ditemukan pada daging, telur, ikan yang tidak dimasak dengan baik atau sampai matang. Sebaiknya sebelum membeli makanan pastikan meminta kepada penjual agar makanan matang sempurna. Pilihlah makanan panas, dimasak dengan baik, dan disajikan dalam keadaan panas mengepul, karena panas membantu membunuh bakteri.
2. Hindari produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi seperti susu, keju, dan es krim
Susu merupakan produk hewani yang diperoleh dari hewan. Cara memperoleh susu terkadang tidak melalui proses yang higenis sehinga jika langsung dikonsumsi tanpa proses pasteurisasi akan meninggalkan bakteri yang menyebabkan masalah pencernaan.
3. Jangan minum air keran dan pastikan untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet
Tak hanya di Bali sebenarnya, di beberapa negara kualitas air juga tidak pasti. Tak semua air keran bisa langsung diminum. Hal ini karena beberapa negara belum memiliki standar air seperti negara Eropa dan Amerika yang bisa langsung meminum air dari keran. Untuk itu, anda bisa minum dengan air kemasan yang lebih higenis.
Dilansir dari Next Clinic, ada sejumlah cara untuk meredakan Bali Belly, yaitu minum banyak air, konsumsi minuman rehidrasi oral untuk menggantikan garam dan mineral yang hilang, obat anti mual, menghindari minuman beralkohol hingga mengonsumsi antibiotik jika mengalami kasus yang parah.
Pilihan Editor: Tentang Family Office di Bali dan 3 Jenisnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini