Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Eating disorder atau disebut juga gangguan makan adalah berbagai kondisi psikologis yang menyebabkan kebiasaan makan tidak sehat. Pemicu kondisi ini bisa bermula dari obsesi terhadap makanan, berat badan, atau bentuk tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi gangguan makan ini juga dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius dan mengakibatkan kematian, jika tidak ditangani dengan baik. Bahkan, eating disorder menjadi salah satu penyakit mental paling mematikan kedua setelah overdosis opioid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merangkum Healthline, eating disorder memiliki gejala umum yang meliputi kondisi mental dan fisik sebagai berikut, yaitu:
- Hasil tes laboratorium atipikal (anemia, kadar hormon rendah, kalium rendah, dan detak jantung lambat)
- Penurunan berat badan drastis
- Kekhawatiran makan di depan umum
- Keluhan sembelit atau sakit perut
- Alasan menghindari waktu makan
- Ketakutan mengalami kenaikan berat badan
- Menolak mengonsumsi makanan tertentu
- Menyangkal rasa lapar
- Melewatkan periode menstruasi
- Berolahraga secara berlebihan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Pusing dan pingsan
- Tidur tidak teratur
- Kulit kering
- Rambut menipis, serta
- Kelemahan otot
Di sisi lain, penyebab dari eating disorder tidak diketahui secara pasti. Sama dengan gangguan kesehatan mental lainnya, eating disorder dapat terjadi karena genetika. Beberapa orang memiliki gen yang meningkatkan risiko mengembangkan eating disorder. Selain itu, faktor biologis juga memengaruhi eating disorder, seperti perubahan bahan kimia otak.
Meskipun tidak ada penyebab pasti, tetapi terdapat faktor risiko yang membuat seseorang mengalami eating disorder lebih mungkin terjadi. Mengacu mayoclinic.org, berikut adalah faktor risiko eating disorder, yaitu:
Riwayat gangguan kesehatan mental lain
Trauma, kecemasan, depresi, gangguan obsesif-kompulsif, dan masalah kesehatan mental lain dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami eating disorder.
Diet dan kelaparan
Sering melakukan diet atau mengalami kelaparan menjadi salah satu faktor risiko eating disorder, terutama dengan berat badan yang terus-menerus naik dan turun. Kelaparan menjadi faktor yang kuat memicu eating disorder. Sebab, kelaparan memengaruhi otak yang menyebabkan perubahan suasana hati, pemikiran kaku, kecemasan, dan nafsu makan berkurang. Akibatnya, jadwal makan menjadi sangat terbatas atau perilaku makan bermasalah.
Intimidasi berat badan
Seseorang yang telah diejek atau diintimidasi karena berat badan akan berpotensi mengalami eating disorder. Sebab, seseorang akan merasa malu dengan berat badan yang biasa dilakukan oleh orang terdekat, seperti teman sebaya, guru, atau anggota keluarga.
Stres
Seseorang yang mengalami stres berkepanjangan di tempat kerja atau rumah dapat memicu eating disorder. Seseorang yang stres terjadi karena perubahan lingkungan baru sehingga harus menyesuaikan diri. Gangguan makan pun menjadi akibat dari stres.