Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengenalkan Indonesia bisa dilakukan dengan banyak cara. Ada yang mengenalkannya lewat kuliner, ada pula yang mencoba memamerkannya melalui lagu. Kali ini, warga Indonesia yang tinggal di Iowa, Amerika Serikat, Nadhif Seto Sanubari mengenalkan Indonesia melalui bangku taman bermotif Batik Kawung di salah satu ruang terbuka hijau di Iowa, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mau kasih tahu orang Iowa bahwa ada juga komunitas Indonesia di sini walau tidak banyak," kata Nadhif kepada Tempo pada 14 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nadhif dan istrinya Madison Beauchamp Sanubari berinisiatif mewarnai sebuah bangku taman dengan motif Batik Kawung dari Yogyakarta dalam The 2024 BenchMarks Program yang diselenggarakan Iowa City Downtown District. Bangku itu sejajar dengan 9 bangku lain yang diwarnai oleh seniman setempat.
Nadhif bercerita, kejadian itu berawal saat istrinya melihat pengumuman resmi dari pemerintah daerah yang menawarkan agar masyarakat mewarnai bangku di lokasi strategis kawasan pedestrian Iowa. "Pengumuman itu kami lihat pada Maret 2024, kami iseng ikut mendaftar," kata Nadhif yang berprofesi sebagai penerjemah Inggris - Indonesia.
Ia mengatakan program pengecatan bangku pedestrian itu sudah berlangsung bertahun-tahun di tempat tersebut. Nadhif, yang sudah 3 tahun tinggal di kawasan itu, baru tergerak untuk mencoba seleksi melukis bangku itu.
Menurut Nadhif, program ini menjadi salah satu bentuk ajakan pemerintah daerah setempat untuk semangat berjalan kaki. Ia mengatakan lokasi tempat bangku-bangku taman itu hadir sering dilalui masyarakat. Maklum, letaknya pun dekat dengan berbagai tempat publik seperti toko-toko, taman bermain, perpustakaan umum daerah hingga restoran.
Bangku taman karya Nadhif Seto Sanubari dan Madison Beauchamp Sanubari yang terpajang di tempat jalan kaki di Iowa, Indone/Dok Pribadi
Salah satu syarat yang perlu dipenuhi dalam seleksi menggambar bangku itu adalah harus memberikan sketsa dan makna ilustrasi yang akan digambar. "Ide untuk menggambar batik itu, ide istriku. Kami lampirkan data diri, ilustrasi Batik Kawung dan maknanya. Beruntung ide berhasil lolos dan diterima oleh panitia," kata Nadhif.
Batik kawung adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia yang berasal dari Yogyakarta. Keberadaannya sering sekali disinggung dan muncul dalam berbagai sumber sejarah tertulis dan budaya lisan sejak zaman Kesultanan Mataram pada abad ke-16.
Motif batik ini diciptakan oleh Sultan Mataram keempat yang memerintah dari tahun 1613-1645, yaitu Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (Sultan Agung Mataram). Motif Batik Kawung berbentuk seperti irisan buah kawung yang dikenal juga dengan buah kolang-kaling atau atau buah aren.
Nadhif dan istrinya sengaja memilih Batik Kawung karena menurutnya, motifnya mudah. Namun ia salah. Sebagai orang yang tidak memiliki latar belakang seni, ia dan istri akhirnya fokus menghitung. Luas permukaan bangku ini akan cukup digambar pola Batik Kawung sebesar apa. "Kami malah jadi belajar matematika. Dan justru kerumitannya ada di situ," kata Nadhif yang menyelesaikan pengecatannya lebih lama dibanding seniman lain.
Maklum motif Batik Kawung yang repetitif dan digambar dengan ukuran yang cukup kecil, berbeda pengerjaannya dengan para seniman lain. Rata-rata penggambar bangku-bangku lain itu merupakan seniman profesional. Mereka mengekspresikan karya mereka dalam gambar yang abstrak seusai imajinasi masing-masing. Tidak seperti karya Nadhif yang ada pakemnya. Hal itu yang membuat Nadhif dan istri menyelesaikan gambar Batik Kawung lebih lama dari seniman lain. "Kami mulai menggambarnya awal Juni, dan akhirnya selesai awal Juli 2024," kata lulusan S2 Sastra Penerjemahan University of Iowa ini.
Uniknya motif karya Nadhif dan istri menyentil rasa ingin tahu warga Amerika Serikat. Ada yang sengaja berhenti mengamati, ada pula yang dengan sengaja menanyakan makna dari Batik Kawung yang sedang digambar tim Nadhif. Pejalan kaki lain pun memberikan pujian dan berterima kasih kepada pasangan itu karena sudah bekerja keras mewarnai bangku untuk publik.
Bangku yang sudah diwarnai itu akan bertahan selama setahun ke depan, sebelum pemerintah daerah setempat mengulang lagi program serupa. Menurut Nadhif, salah satu tujuan program ini selain untuk menarik lebih banyak pejalan kaki, juga untuk membuat bangku tampak lebih estetik dan menghindari penampakan bangku yang kusam termakan cuaca.
Batik Kawung yang terpajang di bangku itu, membuat Nadhif dan istrinya bangga. Karya mereka dilihat dan diapresiasi masyarakat sekitar. "Aku merasa bangga. Walau aku bukan seniman atau pelukis, namun aku bangga bisa memajang suatu bagian dari budaya tanah airku," kata pria berdarah Jawa ini.
Batik Kawung juga diharapkan bisa merepresentasikan kehadiran 30an orang warga Indonesia yang tinggal di kota yang berjarak 3-4 jam perjalanan darat dari Chicago, Amerika Serikat itu.