Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Banjir Batik Impor dari Cina, Kemenperin Siapkan Proteksi Produk Lokal

Batik impor dari Cina kini membanjiri pasar Indonesia. Kementerian Perindustrian siapkan sejumlah langka proteksi.

5 Oktober 2024 | 19.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Batik impor dari Cina kini membanjiri pasar Indonesia. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengatakan batik impor itu telah mempengaruhi penjualan industri batik dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ya benar penjualan dalam negeri (terdampak) banjir kain motif batik dari Cina,” ucap Reni saat dihubungi Tempo, Sabtu, 5 Oktober 2024

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indikasi penurunan penjualan batik ini antara lain terlihat dari kinerja ekspor batik yang merosot pada kuartal II-2024. Kemenperin mencatat, ekspor batik pada periode ini anjlok sebesar 8,39 persen secara tahunan (yoy).

Ada sejumlah langkah Kemenperin menanggapi kondisi tersebut. Reni mengatakan, pemerintah memberikan proteksi kepada industri dengan membuka ruang industri batik setiap daerah mendaftarkan motifnya. Dia mengatakan, pemerintah melindungi motif yang menjadi ciri khas geografis.

Kemenperin juga menggaungkan agar masyarakat membeli produk batik yang asli. Batik, kata dia, dibuat melalui proses mencanting dan penggunaan malam panas. Warisan budaya itu akan punah jika orang awam membeli kain motif batik atau kemeja batik printing

Selain itu, Reni membenarkan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) pakaian jadi sudah hangus masa berlakunya pada November 2024. Dia mengatakan, sejak dua bulan lalu asosiasi dan Kemenperin aktif menyurati Kementerian Koordinator Perekonomian untuk perpanjangan safeguard tersebut.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Liliek Setiawan mengatakan posisi industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia sangat krusial. Sampai 2023, menurut dia, industri TPT masih jadi penyumbang ekspor terbesar setelah migas. Bahkan saat Covid-19 melanda, industri ini masih memberikan kontribusi sebesar US$ 14,22 miliar.

"Saat itu sektor ini menjadi jejaring pengaman sosial karena mampu menyerap sekitar 4,5 juta pekerja,” katanya di Solo, Jawa Tengah, Kamis, 12 September 2024.

Septia Ryanthie berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus