Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Ketahui Kanker Limfoma seperti yang Diderita Ari Lasso, Bagaimana Gejalanya?

Ari Lasso dalam proses pemulihan setelah pengobatan kanker limfoma. Begini 7 gejalanya.

18 Desember 2022 | 11.11 WIB

Ari Lasso menunjukkan chemo port yang telah dilepas dari tubuhnya. (Instagram/ari_lasso)
Perbesar
Ari Lasso menunjukkan chemo port yang telah dilepas dari tubuhnya. (Instagram/ari_lasso)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Ari Lasso  pernah berbicara mengenai penyakit yang dideritanya. Ari mengakui kalau dirinya terkena kanker Limfoma.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebelumnya Ari pernah bercerita kalau dirinya harus dilarikan ke rumah sakit saat hendak syuting video musik lagu barunya. Ari harus menginap di rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan USG dan CT Scan. “Gue ke rumah sakit, habis dikasih obat penghilang rasa sakit, dokter penasaran, USG deh,” ujar mantan vokalis Dewa 19 ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ari ditangani langsung oleh Rino Alvani Gani, profesor dan dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Premier Bintaro. Dokter Gani sempat menanyakan seberapa parah kondisi Ari saat terkena Covid. “Jadi ada sebuah infeksi besar atau cairan besar dicitrakan oleh USG di belakang lambung gue, diduga infeksi tersisa di limpa,” kata Ari menjelaskan hasil USGnya.

Kemudian, Ari Lasso telah merampungkan rangkaian pengobatan kanker limfoma yang dideritanya di rumah sakit. Ia pun memilih pulang sambil menuntaskan pemulihan di rumah, Selasa, 8 Februari 2022. 

Baca: Kanker Limfoma seperti Ari Lasso, Penyebab dan Jenisnya

Apakah Kanker Limfoma Itu?

Limfoma merupakan kondisi munculnya kanker yang dimulai pada sel-sel sistem kekebalan yang melawan infeksi, yang disebut limfosit. Sel-sel ini berada di sistem limfatik yang meliputi kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya. Ketika menderita limfoma, limfosit berubah dan tumbuh di luar kendali.

Mengutip UPK Kemkes, terdapat dua jenis limfoma, yakni limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Limfoma Hodgkin terjadi karena adanya mutasi sel B pada sistem limfatik, dengan hasil deteksi yaitu dengan adanya sel abnormal Reed-Stenberg dalam sel kanker. Sedangkan Limfoma Non-Hodgkin terjadi karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T pada sistem limfatik.

Mengutip Cleveland Clinic, setiap tahun, sekitar 20 dari 100.000 orang didiagnosis dengan limfoma non-Hodgkin dan 3 dari 100.000 orang didiagnosis dengan limfoma Hodgkin. Meskipun sebagian besar limfoma muncul secara kebetulan, para ahli telah mengidentifikasi kondisi berikut yang dapat meningkatkan risiko, yakni:

1. Pernah terpapar virus, termasuk HIV (human immunodeficiency virus), Epstein-Barr (mononucleosis), dan virus human immunodeficiency virus sarkoma Kaposi.

2. Memiliki riwayat keluarga yang juga pernah mengalami limfoma.

3. Sistem kekebalan  terganggu atau dilemahkan oleh penyakit atau perawatan medis seperti transplantasi organ.

4. Memiliki penyakit autoimun. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara tidak sengaja menyerang tubuh alih-alih melindunginya.

5. Memiliki infeksi kronis tertentu.

Gejala Limfoma

Berikut ini adalah beberapa gejala dari limfoma, yakni:

  1. Pembengkakan pada kelenjar getah bening, yang biasanya terjadi pada leher, ketiak, dan lipatan paha
  2. Suhu tubuh naik dan turun
  3. Demam berulang dan keringat berlebihan pada malam hari
  4. Sesak nafas dan batuk
  5. Mudah lelah
  6. Pembesaran amandel
  7. Penurunan berat badan

Perawatan untuk limfoma bervariasi berdasarkan jenis limfoma yang dimiliki. Secara umum, pengobatan limfoma meliputi:

  • Kemoterapi: Ahli kesehatan menggunakan beberapa jenis obat untuk membunuh sel kanker.
  • Terapi radiasi: Terapi radiasi menggunakan sinar energi yang kuat untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya tumbuh.
  • Terapi target: Terapi target menggunakan obat-obatan atau zat lain untuk menyerang sel kanker tanpa melukai sel normal.
  • Imunoterapi: Imunoterapi merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga dapat lebih masif untuk melawan kanker. Perawatan dapat memicu produksi sel-sel pelawan kanker tubuh atau membantu sel-sel sehat mengidentifikasi dan menyerang sel-sel kanker.
  • Transplantasi sumsum tulang: Ahli kesehatan mencangkokkan sel punca dari sumsum tulang untuk menggantikan sel darah yang rusak dengan yang sehat.
  • Terapi sel T CAR: Perawatan ini menggunakan sel darah putih untuk membunuh sel kanker.

HATTA MUARABAGJA 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus