Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog anak Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto mengatakan sebagian anak merasa stres saat harus melakukan kegiatan belajar secara daring lantaran penyampaian pembelajaran yang kurang tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kak Seto mengatakan pola pikir pertama yang harus diubah adalah mengganti istilah 'belajar dari rumah' menjadi 'belajar di rumah bersama keluarga'. Hal ini sebisa mungkin diterapkan pada anak-anak usia dini atau yang berada pada tingkatan Taman Kanak - Kanak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya menganjurkan jangan belajar jarak jauh, kenapa enggak belajar jarak dekat bersama dengan ayah dan bunda di rumah. Ada anak TK dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang menatap ke layar, akhirnya pusing tujuh keliling, akhirnya stres dan marah-marah, akhirnya malah benci belajar," kata Kak Seto dalam bincang-bincang virtual, Jumat 9 Oktober 2020.
"Bukan belajar dari rumah, tapi belajar di rumah. Jadi materi pelajaran dari guru disampaikan ke orangtua dan orang tua yang menyampaikan kepada anak-anak dengan gaya masing-masing, yang penting kompetensinya," kata Kak Seto melanjutkan.
Ada lima inti penting dari kurikulum yaitu etika, estetika, ilmu pengetahuan, teknologi, nasionalisme dan kesehatan. Kelima hal tersebut harus disampaikan dengan ramah, kreatif dan penuh dengan rasa persahabatan kepada anak sehingga bisa mencapai hasil yang optimal.
"Anak usia dini diajak, 'Ayo belajar' nanti dia akan melawan tapi coba, 'Ayo kita bermain'. Jadi bermain gembira karena dunia anak adalah bermain. Melalui bermain ya belajar, belajar etika soal sopan-santun, menghormati orang lain, bekerja sama," ujar Kak Seto.
Pada poin ilmu pengetahuan dan teknologi diberikan kepada anak secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya. Orang tua diharapkan tidak memaksakan anak untuk menguasai semua kurikulum pendidikan terlebih pada anak TK.
"Yang paling utama adalah suasananya gembira, dunia anak adalah bermain dan gembira. Kalau semuanya atas nama kurikulum, semua serba harus bisa, nanti tidak sesuai dengan kejiwaannya," kata Kak Seto.