Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Klep Jantung Bocor : Cek Kategorinya, Stres Bisa Jadi Pemicu

Penyebab kebocoran klep jantung bermacam-macam salah satunya, faktor usia. Saat usia menua, katup jantung ikut menua. Apa faktor lainnya?

20 Maret 2018 | 07.25 WIB

ilustrasi stres (pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi stres (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebab kebocoran klep jantung bermacam-macam salah satunya, faktor usia. Saat usia menua, katup jantung ikut menua. Perlahan ia menjadi kaku, kurang lentur saat membuka dan menutup. Penyebab lain, riwayat infeksi akibat reumatisme saat pasien masih kecil. Infeksi itu, kata Erik, ditandai dengan nyeri di tenggorok karena terpapar kuman streptococcus beta hemolyticus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dr. Erik Rohmando Purba, Sp.PD dari Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan Jakarta Selatan menjelaskan, badan lemas dan sesak napas terjadi akibat tubuh kekurangan oksigen. Jika dua gejala itu dirasakan pasien, maka kelainan jantungnya sudah berat.

Baca juga:
Jadi Ibu Tunggal, Nafa Urbach Mungkin Dapat 4 Manfaat Ini
Istri Opick Meninggal: Pneumonia? Waspada 4 Faktor Risikonya
Angelina Jolie Pakai Kaviar Demi Kulit Tak Keriput, Seleb Lain?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Struktur tubuh streptococcus beta hemolyticus mirip dengan klep jantung. Bayangkan jika kuman ini menyelinap dari tenggorok ke jantung, lalu menempel di klep jantung. Sistem kekebalan tubuh kita akan menganggap kuman itu klep jantung. Yang terjadi kemudian, kuman ini dengan leluasa menyerang jantung Anda,” ungkap Erik kepada Bintang.

Kebocoran klep jantung terdiri tiga tingkat yakni ringan, sedang, dan berat. Saat kebocoran berada di level ringan, pasien tidak merasakan gejala apapun. Baru ketahuan ketika ia menjalani pemeriksaan echocardiography atau pemeriksaan manual menggunakan stetoskop. 

“Jika pasien mengalami kebocoran klep jantung ringan, biasanya tidak dilakukan tindakan medis asalkan kinerja otot jantung masih prima. Saat gangguan klep jantung makin parah, dokter akan menjajaki kemungkinan operasi. Meski gangguan masih ringan, pasien tidak bisa main-main lagi. Kolesterol dan tekanan darah mesti dipantau secara rutin. Jika pasien obesitas, berat badan mesti diturunkan. Konsumsi rokok dan alkohol harus dihentikan. Stres harus dikelola. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menghambat kinerja klep jantung,” Erik mengingatkan. 

Di pengujung percakapan, ia mengimbau masyarakat agar tidak mengabaikan sesak napas. Penyakit yang diawali dengan sesak napas ada banyak. Sesak napas bisa berujung pada tekanan darah tinggi dan kelainan ginjal. Ketika ginjal terganggu, air kencing tidak bisa dikeluarkan dari tubuh. Akibatnya, cairan itu bisa berbalik arah dan mengumpul di paru-paru. 

“Kalau air kencing masih bisa keluar namun sesak napas makin menjadi, dokter patut mencurigai jantung. Sesak napas juga bisa terjadi karena tubuh mengalami asidosis yakni keadaan patologis akibat penimbunan asam dalam darah dan jaringan tubuh. Akibatnya, tubuh berupaya mengeluarkan asam yang berlebih. Caranya dengan lebih sering bernapas. Itu membuat dada sesak. Saat anggota keluarga sesak napas, segera bawa ke rumah sakit untuk memastikan apakah sesak napas itu membahayakan jiwa atau tidak,” Erik mengimbau.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus