Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom kaki lelah (Restless Legs Syndrome/RLS) merupakan kondisi yang memicu dorongan kuat untuk menggerakkan kaki, biasanya karena munculnya rasa tidak nyaman. Gejala ini cenderung muncul saat seseorang sedang duduk atau berbaring, terutama di malam hari. Menggerakkan kaki bisa membantu meredakan ketidaknyamanan tersebut, meskipun hanya sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Mayo Clinic, RLS dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, dan umumnya memburuk seiring pertambahan usia. Gangguan ini dapat menghambat kualitas tidur dan memengaruhi aktivitas harian. RLS juga dikenal dengan nama lain, yaitu penyakit Willis-Ekbom.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gejala Sindrom Kaki Lelah
Gejala utama RLS adalah dorongan untuk menggerakkan kaki. Beberapa gejala umum yang sering dirasakan antara lain:
- Sensasi tidak nyaman saat istirahat: Rasa nyeri atau ketidaknyamanan biasanya muncul setelah duduk atau berbaring dalam waktu yang lama.
- Gejala mereda dengan gerakan: Aktivitas seperti berjalan, meregangkan otot, atau menggoyangkan kaki dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman.
- Gejala memburuk di malam hari: Ketidaknyamanan paling sering terjadi pada malam hari.
- Kedutan saat tidur: RLS sering berkaitan dengan kondisi yang disebut gerakan tungkai periodik saat tidur, yaitu gerakan berulang seperti berkedut atau menendang selama tidur.
Sering kali, penderita RLS merasa sulit menjelaskan sensasi yang dirasakan. Mereka biasanya tidak menggambarkannya sebagai kram atau kesemutan, namun lebih kepada dorongan konstan untuk terus menggerakkan kaki.
Gejala RLS bisa bersifat fluktuatif, kadang mereda dalam jangka waktu tertentu, namun dapat muncul kembali secara tiba-tiba.
Penyebab Sindrom Keki Lelah
Penyebab pasti dari sindrom kaki lelah (RLS) masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan gangguan pada fungsi bagian otak yang mengontrol gerakan, yaitu ganglia basal.
Bagian otak ini menggunakan zat kimia bernama dopamin untuk membantu mengatur pergerakan tubuh. Ketika dopamin tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, koordinasi gerakan bisa terganggu dan menimbulkan gejala RLS.
Beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap munculnya RLS antara lain:
- Faktor genetik: RLS dapat diturunkan secara genetik. Jika salah satu orang tua memiliki gen dominan tertentu, kemungkinan anaknya mewarisi kecenderungan untuk mengalami RLS.
- Kekurangan zat besi: Meskipun kadar zat besi dalam darah bisa normal, tingkat zat besi di otak mungkin lebih rendah, yang berpotensi memicu RLS.
- Kondisi medis tertentu: RLS dapat muncul sebagai gejala tambahan dari penyakit lain, yang dikenal sebagai RLS sekunder.
- Penggunaan obat-obatan: Beberapa jenis obat seperti antihistamin, antidepresan, dan obat antimual dapat memicu atau memperparah gejala RLS.
Kaitan dengan Parkinson
Dilansir dari CNA, penyakit Parkinson sering kali disertai dengan kasus RLS yang lebih tinggi. Namun, hingga kini belum ada penjelasan pasti mengenai kaitan antara keduanya.
Penelitian yang ada pun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa studi menyatakan bahwa RLS tidak meningkatkan risiko terkena Parkinson, sementara studi lain justru menunjukkan bahwa penderita RLS memiliki risiko hampir dua kali lebih besar untuk mengidap Parkinson.
Salah satu dugaan penyebab hubungan ini adalah gangguan pada sistem saraf yang melibatkan jalur dopamin, yang menjadi karakteristik umum pada kedua kondisi tersebut.
Pada penderita RLS yang juga mengalami Parkinson, biasanya ditemukan gejala tambahan seperti gemetar, kekakuan otot, gerakan tubuh yang melambat, postur tubuh yang tidak stabil, serta gaya berjalan yang goyah dan cenderung mudah terjatuh.
Penanganan Sindrom Kaki Lelah
Dikutip dari NHS, sindrom kaki lelah ringan yang tidak terkait dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya dapat ditangani hanya dengan beberapa perubahan gaya hidup. Jika gejalanya lebih parah, pengobatan mungkin diperlukan.
1. Perubahan Gaya Hidup:
Beberapa langkah sederhana dapat membantu meredakan gejala RLS, antara lain:
- Hindari stimulan seperti kafein, rokok, dan alkohol di malam hari.
- Rutin berolahraga, tapi tidak menjelang tidur.
- Terapkan kebiasaan tidur yang baik.
- Hindari obat yang memperburuk gejala (dengan konsultasi dokter).
- Saat gejala muncul, coba pijat kaki, mandi air hangat, kompres panas, lakukan aktivitas ringan, atau teknik relaksasi seperti yoga.
2. Pengobatan:
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup, dokter mungkin akan meresepkan agonis dopamin seperti ropinirole, pramipexole, atau rotigotine untuk meningkatkan kadar dopamin.
Efek samping dapat meliputi kantuk, mual, pusing, dan dalam kasus langka, gangguan kontrol impuls (misalnya kecanduan atau perilaku kompulsif), yang biasanya hilang setelah obat dihentikan.
Pilihan editor: Spesialis Ortopedi: Cegah Cedera Kaki dengan Memilih Sepatu yang Tepat