Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis bedah saraf, Ryu Hasan, mengatakan seseorang yang heteroseksual bisa menjadi homoseksual bila ia sering bergaul bersama. Namun hal itu akan terjadi jika orang heteroseksual ini, memiliki bakat untuk menjadi penyuka sesama jenis atau golongan lesbian, gay, biseksual, dan transeksual (LGBT).
Menurut dia, pergaulan sosial hanya pemicu saja. "Kalau tidak bakat, ya, mau apa?" katanya setelah acara diskusi “Survei Kontroversi Publik tentang LGBT”, di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2018.
Baca: Survei SMRC: 87,6 Persen Masyarakat Menilai LGBT Ancaman
Ryu mengibaratkan dengan seseorang yang tidak berbakat musik. Meskipun orang itu terus-menerus berdekatan dengan alat musik, maka sampai kapan pun tidak bakal mahir bermain musik.
Begitu pula sebaliknya, seseorang yang berbakat menjadi gitaris andal, tidak mungkin terjadi jika seumur hidupnya belum pernah bersentuhan dengan alat musik itu. "Seseorang bakatnya biseksual, tapi dia tidak pernah terpapar sama sekali dengan perempuan seumur hidup, begitu ada perempuan, oh, 'kiri bisa kanan bisa'," ujarnya.
Baca: JK Tidak Yakin Aturan Tentang LGBT Lolos di DPR
Ryu menjelaskan dari faktor internal, orientasi seksual terbentuk dari struktur tubuh dan bisa berubah jika ada perubahan strukturnya. Ia mencontohkan seseorang yang terkena stroke bisa berubah dari pendiam menjadi pemarah.
Cara kerja otak, kata Ryu, disebabkan tiga hal, yaitu struktur, neurotransmiter, dan hormon. Jika salah satunya berubah, maka bisa memicu perubahan orientasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini