Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lisa Ingin Tarawih

Pasien face-off Siti Nurjazilah mengalami banyak kemajuan. Perlu lima tahun untuk pembenahan wajah.

25 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadan amat dinanti Siti Nurjazilah alias Lisa. ”Saya ingin berpuasa dan salat tarawih sebulan penuh,” katanya. Lebaran nanti, dia juga ingin mudik ke kampung halamannya di Turen, Malang, bertemu sanak famili. Perempuan 22 tahun ini kemudian tercenung sejenak, ”Apa bisa, ya?”

Kerisauan Lisa masuk akal. Pertengahan Oktober, ia akan terbaring lagi di meja operasi bedah. Pastilah agak susah memenuhi janji berpuasa dan tarawih penuh, apalagi mudik, di tengah proses pemulihan pascaoperasi. Namun, apa pun kesulitannya, Lisa bertekad hendak menjumpai Ramadan yang khusyuk. ”Saya usahakan sebisanya menjalani ibadah Ramadan,” kata Lisa, yang dijumpai Tempo dua pekan lalu.

Lisa sosok yang tegar. Pada 28 Maret lalu, dia menjalani bedah plastik masif untuk membenahi wajahnya yang rusak disiram air panas oleh suaminya, Mulyono, pada 2003. Sebuah operasi yang langka dan istimewa, terlebih dengan latar belakang kisah dramatis yang menyertainya. Tiga tahun penuh Lisa mengurung diri lantaran wajah yang rusak. Kalaupun keluar rumah, dia harus menutupi wajahnya dengan cadar.

Dua puluh jam operasi pertama berlangsung. Kulit wajah yang hancur berantakan disayat, dikelupas, dan diganti dengan kulit baru yang diambilkan dari punggung Lisa (Tempo, 9 April 2006). Begitu besar gaung operasi itu hingga dikenal oleh masyarakat dengan sebutan face-off, salin rupa, ala film Hollywood.

Lima bulan telah berlalu. Lisa belum pulih, meskipun sudah tiga kali dia terbaring di meja operasi. Dia masih tinggal di Unit Luka Bakar Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBBT) Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya. Tim dokter rekonstruksi wajah, diketuai Dr Sjaifuddin Noer, juga masih secara ketat mengawasi perkembangan kesehatan Lisa.

Pada operasi Oktober mendatang—ini yang keempat—akan dilakukan pembenahan daerah hidung, sudut mulut, dan di atas mulut. Bagian bawah bibir yang tampak jontor juga akan diperbaiki. ”Ini operasi koreksi,” kata Sjaifuddin. Maklum, kulit yang kini menutup wajah Lisa diambilkan dari kulit punggung, yang tentu berbeda tekstur dan ketebalannya dengan kulit wajah. ”Perlu berulang kali koreksi,” katanya.

Kelak, secara bertahap, tim dokter juga akan menarik kulit di atas alis kiri-kanan sehingga kelopak mata Lisa juga ikut tertarik ke atas. Mata Lisa yang sipit tertimbun kulit cangkokan akan menjadi lebih terbuka. Jika sudah beres, alis mata nanti akan diperindah dengan dua alternatif, memakai tato atau dengan menanam rambut tipis pada jaringan kulit.

Perkara pembenahan hidung juga merupakan kerja besar tersendiri. Sejauh ini, kata Dr Sjaifuddin, lubang hidung Lisa belum bekerja normal. Untuk bernapas, Lisa membutuhkan dua pipa khusus yang disambung ke hidung. Pada operasi mendatang, tim ahli THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) akan melakukan perbaikan lubang hidung. Bentuk hidung juga akan direparasi dengan menarik kulit di atas lubang hidung.

Usai pembenahan bibir-hidung-telinga-mata, Lisa masih membutuhkan sentuhan akhir. Sedot lemak dilakukan bertahap untuk menipiskan kulit cangkokan yang tebalnya 3-5 milimeter. Sembari lemak disedot, perlahan-lahan tepi kulit cangkokan di dekat telinga yang telah menyatu dengan kulit asli juga akan ditarik ke belakang. Kulit halus mulus mudah-mudahan akan kembali dimiliki Lisa kelak.

Laksana membuat patung lilin artistik ekstrahalus, begitulah proses yang harus dijalani Lisa. Proses yang berliku, rumit, dan membutuhkan kepiawaian dokter bedah kelas wahid. Sedikit saja tindakan sembrono bisa berakibat putusnya jejaring saraf halus dan pembuluh darah, vena dan arteri, yang ada di bawah kulit dan tentu saja akan berdampak fatal.

Skala kesungguhan operasi face-off ini memang tidak tanggung-tanggung. Sedikitnya 63 dokter dari berbagai disiplin ilmu terlibat, dengan 11 dokter tergabung dalam tim inti. Psikiater dan psikolog juga terlibat dalam proses panjang rekonstruksi wajah Lisa sampai lima tahun mendatang. Seluruh proses diperkirakan menelan biaya Rp 400 juta yang, Alhamdulillah, ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Waktu pelaksanaan serangkaian operasi koreksi pun tak bisa seenaknya. Perlu jeda minimal tiga bulan untuk setiap tindakan operasi. ”Supaya jaringan tubuh pasien tidak kelewat sering disayat pisau,” kata Sjaifuddin, ”Pasien pun sebaiknya tidak terlalu kerap terkena bius.” Itulah sebabnya, secara keseluruhan operasi permak wajah Lisa diperkirakan baru akan selesai dalam tempo lima tahun.

Lima tahun tentu bukan waktu yang singkat. Rasa bosan, jengah, depresi, cemas pastilah menghampiri Lisa. Apalagi, kerabat dan tetamu sudah mulai jarang berkunjung. ”Kami sangat menyadari hal itu,” kata Dr Nalini Muhdi Agung, psikiater yang mendampingi Lisa. Proses pemulihan tentulah akan terhambat bila situasi kejiwaan pasien terus-menerus kelabu, tidak stabil.

Maka, para dokter pun giat membesarkan hati Lisa. Beberapa kali mereka mengajak sang pasien jalan-jalan menghilangkan bosan. Lisa dan sebagian tim dokter bersama-sama berkeliling Kota Surabaya, juga berkendara menyaksikan luapan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo. ”Penasaran, sih,” kata Lisa.

Tim dokter juga berbaik hati melanggankan majalah khusus perempuan untuk Lisa. ”Saya suka baca,” kata lulusan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP) ini. Sebuah telepon seluler tak lupa dihadiahkan untuk dia. Saring, 47 tahun, ayah Lisa yang penjual bakso keliling di Turen, pun sering menelepon sang putri jika sedang kangen.

Sebuah pena dan buku tulis tak lupa menemani hari-hari Lisa. Selain membunuh kebosanan, buku harian ini juga diharapkan menjadi terapi penyembuhan psikologis. Rasa bosan, sedih, senang, harap-harap cemas akan hari depan dengan wajah baru, ditumpahkan Lisa pada buku harian.

Pergulatan batin atas segala duka yang disebabkan Mulyono—yang kini sedang dalam proses persidangan—mungkin juga ditulis Lisa pada buku hariannya. Lisa segan mengungkapkan perasaannya tentang suami yang tega hati itu kepada siapa pun. Hanya buku harian teman setianya.

Lisa bukan pendendam. Ramadan ini dia ingin melaksanakan tarawih, menyongsong hari baru dengan hati bersih. Suatu kali perempuan yang hidupnya penuh gejolak ini pernah berkata, ”Saya sudah memaafkan kelakuan Mulyono, dan sekarang saya ingin melupakannya.”

Mardiyah Chamim, Sunudyantoro

Jalan Panjang Lisa

Berikut ini beberapa penggal perjalanan Lisa menuju wajah baru:

28 Maret 2006

  • Pengelupasan kulit wajah yang rusak, untuk diganti dengan kulit dari bagian punggung dan paha. Dua ruas kulit yang diambil dari punggung selebar 16 cm dan 32 cm. Dari paha kanan, diambil kulit 6 x 8 cm.
  • Pencangkokan kulit paha dan punggung ke wajah.
  • Menyambung pembuluh darah, 3 arteri dan 3 vena, pada wajah dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 100 kali.
  • Membuat lubang hidung, membentuk bibir, dan memasang silikon pada tulang rawan hidung.
  • Total operasi berlangsung 20 jam.

(Sumber: Tim Dokter Rekonstruksi Wajah RS Dr Soetomo)

17 April 2006

  • Operasi revisi pertama. Berlangsung 5 jam.
  • Dilakukan pelepasan jaringan kontraktur linier yang ada pada leher Lisa.
  • Melebarkan lubang mulut.
  • Merapikan lubang hidung, menipiskan kelopak mata dan pipi.

19 Juli 2006

  • Memperbaiki kulit antara mata kiri dan kanan.
  • Menyempurnakan lubang hidung.
  • Memperbaiki kulit antara bibir dan hidung, semua tindakan disesuaikan dengan kontur wajah dan sambungan kulit.

Oktober 2006

  • Operasi kali ini terpusat pada perbaikan daerah hidung, sudut mulut, dan di atas mulut.
  • Bagian mulut yang tampak jontor juga diperbaiki.
  • Operasi Berikutnya (bertahap sampai 5 tahun ke depan)
  • Sedot lemak untuk menipiskan kulit cangkokan yang tebalnya 3-5 mm.
  • Menyempurnakan bentuk dan fungsi lubang hidung.
  • Memperbaiki bentuk alis dan mata.

MCH, Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus