Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernikahan umumnya didasari dengan cinta romantis. Namun, ada juga pernikahan yang dilakukan tanpa landasan cinta. Alasan di baliknya beragam. Salahsatunya adalah lavender marriage, yakni pernikahan antara pria dan wanita, namun salah satu dari mereka diam-diam memiliki orientasi seksual sesama jenis atau LGBTQIA+.
Dilansir dari Cosmopolitan, dalam lavender marriage, ikatan pernikahan dilakukan sebagai kedok untuk menghindari tekanan sosial, keluarga, atau karier. Pernikahan itu kerap dikaitkan dengan sejumlah selebriti Hollywood untuk menjaga citra mereka di mata publik. Sebab pernah suatu ketika, hubungan LGBTQIA+ dianggap tabu di Amerika.
Dilansir dari marriage.com, berikut adalah beberapa bentuk pernikahan tanpa dasar cinta yang sering ditemui selain lavender marriage:
1. Pernikahan Persahabatan (Companionship Marriage)
Pernikahan ini berfokus pada persahabatan dan kebersamaan, di mana pasangan saling mendukung dan berbagi pengalaman hidup. Hubungan yang terjalin biasanya menciptakan rasa kemitraan yang mendalam serta stabilitas emosional. Meski begitu, pernikahan seperti ini juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal ruang pribadi. Kurangnya kemandirian dapat memicu ketergantungan berlebihan, yang berpotensi membuat hubungan menjadi tegang seiring waktu.
2. Pernikahan Perjodohan (Arranged Marriage)
Perjodohan mengandalkan peran keluarga dalam menentukan pasangan berdasarkan faktor seperti agama, status sosial, atau latar belakang keuangan. Pernikahan ini sering kali disertai dengan dukungan keluarga yang kuat, yang memberikan bimbingan dan stabilitas dalam hubungan. Namun, tantangan utama dari pernikahan ini adalah kurangnya keintiman emosional di awal hubungan, terutama jika pasangan tidak sempat mengenal satu sama lain sebelum menikah.
3. Pernikahan Terpaksa (Convenience Marriage)
Dalam pernikahan ini, alasan-alasan praktis seperti keuntungan finansial, status sosial, atau kebutuhan hukum menjadi dasar utama. Hubungan ini sering kali memberikan stabilitas, misalnya dalam bentuk keamanan finansial atau status hukum yang lebih baik. Meski demikian, karena tidak didasarkan pada hubungan emosional, pernikahan ini rentan menjadi hubungan yang transaksional dan kurang memuaskan dalam jangka panjang.
4. Pernikahan Terbuka (Open Marriage)
Pernikahan terbuka memungkinkan pasangan untuk menjalin hubungan di luar pernikahan, baik secara emosional maupun seksual, asalkan kedua pihak menyetujuinya. Kebebasan ini memberi ruang bagi eksplorasi dan ekspresi di luar batasan monogami tradisional. Namun, hubungan semacam itu juga memiliki risiko, terutama kecemburuan atau komplikasi emosional jika batasan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Kepercayaan menjadi faktor krusial untuk menjaga keseimbangan hubungan.
Pilihan Editor: 5 Tahap Pernikahan Menuju Kematian Menurut Terapis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini