Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan atau FPIK Universitas Brawijaya Malang membuat cairan pelembap kulit atau bodi losion ramah lingkungan yang diklaim mampu mencegah atau menangkal paparan virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indri Dwi Fitria, Rani Elvira, Jamiilah Zahrotul Jannah, Kevin, dan Alfain Homis Fadil menabalkan nama Moristin pada cairan pelembap buatan mereka. "Losion yang kami buat memanfaatkan kandungan flavanoid dalam daun kelor atau Moringa oleifera dan kolagen kulit ikan patin, lalu kami singkat jadi Moristin," kata Indri saat dihubungi Tempo, Selasa sore, 27 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Produk Moristin buatan mereka berhasil mendapatkan pendanaan riset dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan 2021. Mereka mengembangkan Moristin selama sebulan di bawah bimbingan Muhammad Fakhri, sang dosen.
Indri mengatakan, Moristin diformulasikan sebagai bodi losion antiseptik yang kaya antioksidan, mampu membuat kulit lembap, sehat, melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet, serta terhindar dari ancaman bakteri dan virus. Pembuatan Moristin terinspirasi oleh maraknya penggunaan cairan pembersih atau handsanitizer yang mereka anggap justru mengurangi kelembapan kulit atau menimbulkan dehidrasi hingga kulit gampang kering.
Lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang membuat Moristin, bodi losion berbahan baku ekstrak daun kelor dan kolagen kulit ikan patin yang mengandung antiseptik dan melembapkan kulit. Dok. FPIK Universitas Brawijaya
Bodi losion juga masih jadi solusi bagi kebanyakan orang, khususnya kaum perempuan karena bermanfaat untuk menghidrasi dan menutrisi kulit. Masalahnya, kandungan bahan sintetis pada bodi losion, seperti butylated hydroxytoluene dan paraben atau para-hydroxbenzoate (senyawa kimia yang biasa digunakan sebagai pengawet dalam produk kosmetik dan farmasi), memiliki efek negatif dalam pemakaian jangka panjang. Zat ini juga terbukti dapat beracun, serta bersifat karsinogenik alias memicu kanker.
Indri dan kawan-kawan memanfaatkan daun kelor karena mengandung flavonoid yang berperan menghambat kerja virus dengan cara memodifikasi struktur protein dari virus tersebut. Dengan begitu, bodi losion ini juga berpotensi menangkal paparan virus corona.
"Kandungan daun kelor, seperti apilin, epicatechin, dan hesperetin memiliki afinitas yang baik terhadap sisi aktif ACE2 (Angiotensin converting enzyme 2) atau enzim pengubah angiotensin, dapat menghambat proses interaksi SARS-Cov-2," ujar Indri, mahasiswa semester 5. Sedangkan kolagen dari kulit ikan patin, dia melanjutkan, dapat dimanfaatkan untuk mencegah keriput, melembabkan kulit, dan menambah elastisitas kulit.Seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang sedang membuat bodi losion Moristin dari ekstrak daun kelor dan kolagen kulit ikan patin. Dok. FPIK Universitas Brawijaya
Sebab itu, Indri mengklaim Moristin merupakan produk perawatan kulit yang aman, sehat, dan memberikan perlindungan yang lebih, sekaligus tidak menimbulkan efek samping apabila digunakan secara rutin. Moristin aman dipakai setiap hendak beraktivitas.
Moristin sudah diproduksi dalam tiga varian, yaitu Orange Fresh, Choco Melt, dan Vanilla Sweet dalam kemasan 250 mililiter dan 60 mililiter. Masing-masing seharga Rp 50 ribu dan Rp 15 ribu per botol. Mereka memasarkan Moristin lewat dua lapak online ternama, juga lewat akun media sosial Instagram.
"Kami berharap Moristin dapat menarik masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19 tanpa perlu mengkhawatirkan efek samping dari penggunaannya secara rutin," kata Indri.