Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Manfaat dan Risiko Makan Telur Setengah Matang

Selain dimakan secara langsung, telur setengah matang juga sering disajikan sebagai pendamping hidangan lain.

23 Desember 2024 | 08.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Telur setengah matang ialah telur yang diolah dengan cara digoreng atau direbus dengan kondisi tidak matang sempurna. Telur setengah matang menjadi menu yang cukup disukai oleh banyak orang. Selain dimakan secara langsung, telur setengah matang juga sering disajikan sebagai pendamping hidangan lain seperti mie, nasi goreng, atau dimakan dengan roti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian orang percaya makan telur setengah matang baik bagi kesehatan karena proses pengolahannya dianggap dapat menjaga kandungan nutrisi baik di dalamnya. Namun, menurut ahli gizi, ternyata mengonsumsi telur setengah matang juga memiliki risiko yang menyebabkan bahaya serius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Manfaat Mengonsumsi Telur Setengah Matang

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, sebagian gizi yang terdapat pada kuning telur dapat rusak bila dimasak terlalu lama. Namun jika dimasak setengah matang, nutrisi di dalamnya akan aman. 

Adapun dikutip dari laman Universitas Gajah Mada (UGM), telur setengah matang juga sarat akan kandungan vitamin A, vitamin D, protein, lemak, omega 3, omega 6, kalsium, fosfor, potassium, serta sodium, serta kolesterol.

Sejumlah nutrisi yang terdapat pada telur setengah matang memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan kesehatan jantung, menguatkan tulang, menjaga kesehatan mata, menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, serta mampu mencegah penyakit jantung dan stroke.

Risiko Mengonsumsi Telur Setengah Matang

Meskipun telur setengah matang dianggap memiliki khasiat yang lebih terjaga namun, ahli gizi dari UGM, Toto Sudargo, mengungkapkan telur dapat diambil nutrisinya dengan baik saat dimasak dengan suhu stabil. Ia menyebut sebuah penelitian mengungkap bahwa protein dalam telur justru akan lebih baik diserap oleh tubuh saat telur dalam kondisi matang.

Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, telur yang matang akan justru lebih mudah dicerna oleh saluran cerna anak. Setelah memasak telur jangan biarkan telur dalam suhu ruang lebih dari dua jam untuk menghindari kontaminasi kuman.

Sebuah penelitian yang telah dipublikasikan di International Journal of Food Sciences and Nutrition pada 2004 mengungkap bahwa daya serap protein dalam telur yang sudah matang oleh tubuh manusia mencapai 90 persen. 

Mengonsumsi telur setengah matang dapat meningkatkan risiko terkena infeksi bakteri, terutama bagi anak-anak. Telur dapat mengandung bakteri yang disebut Salmonella. Bakteri ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan gejala, seperti mual, kejang, diare, bahkan kematian. Bakteri Salmonella dapat masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak. \

Anak usia balita 4 kali lipat lebih berisiko mengalami gejala keracunan makanan termasuk bakteri salmonella yang terdapat pada telur. Selain itu, wanita hamil juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi telur dalam kondisi setengah matang karena alasan yang sama, yakni lebih rentan terkena infeksi bakteri salmonella. 

Gejala keracunan bakteri salmonella akan muncul dalam 12-72 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella dan membaik dalam waktu 4-7. Gejala yang muncul yaitu diare berdarah, disertai demam, muntah dan dehidrasi. 

Tidak hanya pada telur setengah matang, namun pada olahan telur yang mengandung telur setengah matang, seperti mayonaise buatan sendiri, tiramisu, dan mousse, juga masih berisiko menimbulkan Salmonellosis

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus