Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pagi ini tengah berada di seputar Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali? Sempatkan untuk mampir ke Pasar Ubud, lantas cari lah para penjaja makanan di bagian luar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebanyakan kaum ibu yang duduk berkelompok. Nah, ikut lah jongkok dan pagi ini coba lah sarapan dengan bubuh atau bubur Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jangan bayangkan bubur ayam seperti di kota-kota lain. Bubur dari beras dengan taburan suwiran ayam , cakwe, bawang daun, dan lain-lain. Di Bali, bubur tampil agak berbeda.
Pertama-tama sang penjual membuat pincuk dari kertas nasi kemudian menaruh bubur di atasnya. Ia ratakan bubur untuk menambahkan lauk di atasnya, dan yang ia comot ternyata urap yang terdiri dari tauge, daun singkong, dan rumput laut. Sebuah paduan yang unik. Baru ia menambahkan telur pindang. Setelah itu ditaburinya serundeng dan bawang goreng. Tak lupa juga diguyur sedikit kuah dan dibubuhi sambal yang cukup pedas.
Baca Juga:
Jadi lah rasa bubur yang unik dengan rasa pedasnya menonjol. Per porsi hanya dibanderol Rp 5.000. Biasanya, pedagang tak hanya berjualan bubur Bali. Seperti pedagang yang saya temui di Pasar Ubud, Gusti Biang Ayu dari Taman Unud. Di samping wadah tempat bubur Bali, berjajaran berbagai jajanan.
Ibu berusia 40 tahunan ini mengaku sudah berjualan bubur Bali sejak kelas 6 SD. Saat itu yang membuat olahannya adalah ibunya sendiri. “Sekarang saya sendiri yang bikin,” ujarnya. Setiap pagi, ia berjualan hingga pukul 10.00.
Menu sarapan bubur Bali, lengkap dengan telur dan urab plus guyuran kuah ayam.
Pasar Ubud, bukan satu-satunya tempat untuk mencicipi bubur Bali di Gianyar. Ingin duduk dengan nyaman bisa menuju ke Jalan Raya Pujung Kaja, Sebatu. Di sana ada restoran Bubuh Bali Pak Item. Dengan lingkungan persawahan, wisatawan bisa bersantap lebih santai. Menu utamanya memang bubur Bali selain juga aneka jajanan lokal. Hanya restoran ini buka antara pukul 13.00-19.00.
Selain itu ada juga di Desa Beng, tepatnya di Jalan Bukit Buluh, Gianyar. Bubur plus urab dan telor dipatok dibanderol yakni Rp 7.000. Tentunya juga diguyur kuah ayam. Restoran yang baru dibuka Juni lalu ini, beroperasi dari pukul 09.00 hingga malam hari. Selain bubur ada berbagai hidangan khas Bali, seperti rujak dan tipat cantok. Di sini pun, tamu makan sembari melihat kehijauan di sekelilingnya.
RITA NARISWARI