Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada orang yang terlihat bahagia namun ketika sendirian sering murung. Bisa jadi ia mengalami duck syndrome atau sindrom bebek. Apalagi, kini hampir semua orang menampilkan sisi baik kehidupan melalui media sosial. Sindrom ini tampaknya semakin banyak dialami para pengguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir laman Psychcentral, sindrom bebek juga disebut sebagai sindrom itik buruk rupa adalah ketika orang mencoba menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna dan bekerja keras untuk menutupi kekurangannya. Mengapa bebek yang diibaratkan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Medicinenet menyebut karena bebek terlihat seperti meluncur di permukaan air sementara ketika dilihat dari bawah air, bebek tetap mendayung dengan kakinya. Istilah ini pertama kali dikenal di kalangan mahasiswa Universitas Stanford.
Apa saja gejalanya?
Tanda dan gejala duck syndrome meliputi:
-Membandingkan diri dengan orang lain.
-Merasa orang lain lebih baik.
-Merasa dirinya memiliki tuntutan hidup.
-Takut mendapatkan kritik sehingga menampilkan hal baik.
-Merasa orang lain memanipulasi situasi untuk menguji kinerjanya.
Sindrom ini dapat menyebabkan berkembangnya gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau kondisi kesehatan lain. Orang yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang menuntut dan overprotektif, biasanya mengalami sindrom ini.
Bagaimana cara mengatasinya?
Sindrom bebek dapat diatasi dengan terapi oleh psikoterapi, pengobatan kondisi kesehatan mental lain seperti obat-obatan depresi dengan obat antidepresan atau anticemas. Selain itu, pengobatan lain bagi duck syndrome adalah dengan perawatan diri yang meliputi dukungan dari orang lain, melatih kewaspadaan, mempelajari manajemen waktu, menetapkan batasan diri, serta berbicara dengan orang yang dicintai. Beberapa hal ini mungkin bisa membantu mengatasi duck syndrome.