Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya mitos mengenai Covid-19 dan vaksin membuat pemerintah membuka laman khusus di covid19.go.id guna mengklarifikasi kabar yang beredar. Banyak masyarakat Indonesia yang menolak vaksin setelah menerima kabar tidak benar. Padahal, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sendiri telah memastikan keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Vaksin dapat menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) yang dapat melindungi suatu komunitas masyarakat dari virus dan penyakit. Kekebalan kelompok membuat penyakit sulit menyebar dari satu orang ke orang lain, termasuk mereka yang tidak dapat divaksinasi karena alergi atau memiliki penyakit tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemerintah Indonesia menggalakkan vaksinasi agar tercipta kekebalan kelompok dapat tercipta. Namun, dengan adanya hoaks yang terus beredar, hal ini akan mempersulit pandemi untuk dapat segera berakhir.
Berikut ini beberapa hoaks atau mitos mengenai vaksin Covid-19 yang harus diwaspadai:
1. Vaksin menyebabkan autisme
Menurut situs PublicHealth, kabar bahwa vaksin menyebabkan autisme menyebar pertama kali pada 1997. Hasil studi yang dipublikasi di The Lancet oleh seorang dokter bedah di Inggris, Andrew Wakefield, ini membahas mengenai vaksin campak, gondongan, rubella yang dianggap menyebabkan peningkatan autisme di Negara Inggris.
Kenyataannya, hasil penelitian tersebut telah dibantah kebenarannya akibat adanya kesalahan prosedur, konflik kepentingan keuangan, dan pelanggaran etika. Setelahnya, hipotesis ini diteliti lebih lanjut. Namun, tidak ada satupun yang menemukan hubungan antara vaksin dan autisme.
2. Vaksin menyebabkan permasalahan kesuburan terhadap wanita
Vaksin Covid-19 tidak akan mempengaruhi kesuburan wanita. Kebingungan muncul ketika protein lonjakan pada virus corona dianggap sama dengan protein lonjakan yang disebut syncytin-1. Syncytin-1 terlibat dalam pertumbuhan dan perlekatan plasenta selama kehamilan.
Kabar di media sosial menyebutkan vaksinasi Covid-19 dapat menyebabkan kekebalan tubuh wanita melawan protein tersebut dan mempengaruhi kesuburannya. Hal ini tidak benar karena kedua protein sama sekali berbeda.
CDC secara resmi telah memastikan keamanan vaksin Covid-19 terhadap ibu hamil dan menyusui. Selain itu, John Hopkins Medicine mengungkapkan Covid-19 justru akan berdampak lebih buruk terhadap ibu hamil dan kehamilannya.
3. Sembuh dari Covid-19 berarti tidak memerlukan vaksin
Orang-orang yang sebelumnya pernah terinfeksi Covid-19 tetap akan mendapatkan manfaat dari vaksinasi. Infeksi Covid-19 mungkin untuk terjadi lagi dan memiliki risiko kesehatan yang lebih parah. Para penyintas yang mendapatkan vaksin Pfizer setelahnya terbukti tidak mengalami efek samping yang merugikan.
4. Vaksin mengandung substansi yang beracun
Masyarakat khawatir akan kandungan formaldehida, merkuri, atau aluminium dalam vaksin. Bahan tersebut memang berbahaya bagi tubuh manusia dalam ukuran tertentu. Namun, zat-zat yang disebutkan sebelumnya digunakan hanya dalam ukuran yang sudah diperbolehkan oleh Food and Drug Administration.
Banyak sekali mitos mengenai vaksin yang beredar di sosial media. Penyebaran hoaks ini dapat menyesatkan masyarakat. Jika Anda masih ragu, ada baiknya Anda melakukan pengecekan di Hoax Buster pada laman covid19.go.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Jika Anda menerima berita yang meragukan, Anda juga dapat menghubungi Mafindo lewat nomor 085921600500 untuk mengecek kebenarannya.
DINA OKTAFERIA