Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Memisahkan Fransisca dan Theresia

Kembar siam Fransisca dan Theresia dioperasi tujuh setengah jam di RSCM, Jakarta. Ketepatan diagnosa, yang melibatkan banyak sekali disiplin dan subdisiplin penting dalam suksesnya operasi.

18 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDEBARKAN. Itulah upaya memisahkan Fransisca dan Theresia -- kembar siam berumur enam bulan. Kamis pukul 06.00 pagi, pekan lalu, ahli anestesi dr. Muhardi memulai menyiapkan operasi maraton yang direncanakan 12 jam. Menjelang pukul 09.00 tim dokter sudah berkumpul di ruang bedah pusat RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Semuanya 70 dokter. Satu tim besar yang dipimpin Prof. Hans Monintja ini terdiri ahli anak, ahli bedah anak, ahli bedah tulang, ahli bedah plastik, ahli pembuluh darah, ahli bedah urologi, dan sejumlah dokter ahli lainnya. Operasinya mulai pukul 09.10. Ahli bedah anak, dr. Darmawan Kartono, pertama menyayat si kembar yang berdempet dubur itu. Sesudah tahap membuka selama 12 menit, ada jeda sebentar. Tim mempelajari situasi organ-organ dalam yang menempel -- untuk disesuaikan dengan diagnosa sebelumnya. Diagnosa dengan berbagai alat mutakhir itu menunjukkan ada sejumlah penyatuan, hingga bisa menyulitkan pemisahan. Karena dempetnya di panggul, organ-organ di daerah ini -- usus besar, usus kecil, ginjal, dan kandung kemih -- berada dalam kedudukan bertumpuk. Penempelan terjadi hanya pada usus besar, tapi organ lain tumpang tindih, termasuk saluran-saluran dari ginjal ke kandung kemih. Setelah operasi pembukaan, keadaan organ-organ yang bertumpuk itu baru jelas. Seperti semula diduga, penempelan terjadi hanya pada usus besar. Kedudukan usus kecil sedikit kusut. "Kondisi ginjalnya yang agak rumit," kata dr. Sofyan Ismail, ketua satuan tugas (satgas) tim. Kedua ginjal kiri normal, dalam arti salurannya bermuara pada kandung kemih masing-masing. "Tapi saluran kedua ginjal kanan mengalami penyilangan," tambah Sofyan. Berarti, saluran ginjal kanan Theresia bermuara pada kandung kemih Fransisca. Begitu pula sebaliknya. Keputusan pembenahan organ-organ yang bercampur itu diambil pukul 10.10. Tanpa perdebatan panjang, sebab hampir sesuai dengan "pemetaan situasi" sebelumnya. Sistem pencernaan yang pertama menjalani pembenahan. Usus besar yang menempel, melalui bedah digestif, dipisahkan. Usus halus yang berbelit diuraikan. Anus yang cuma satu itu diberikan kepada Fransisca. Operasi cermat ini tak mencederai pembuluh-pembuluh darah pada sistem pencernaan -- padahal, inilah salah satu risiko operasi digestif yang bisa menimbulkan pendarahan akut. "Pemeriksaan vaskulernya baik," kata Sofyan, sesaat setelah operasi itu. Kini, giliran ahli bedah urologi. Karena kondisi ginjal kiri pada kedua bayi lengkap dan sangat baik, tim memutuskan untuk membuang kedua ginjal kanan. Bersama rekan-rekan, urolog dr. Rohani mengangkat kedua ginjal kanan. Diperhitungkan sudah, kedua bayi bisa hidup dengan satu ginjal. Usai diangkat, kedua ginjal kiri memang berfungsi baik. Lebih cepat dari yang direncanakan, pukul 13.30 Fransisca dan Theresia berpisah. Hasilnya, keduanya dalam keadaan sangat baik. Kendati fisiknya terpisah, mereka belum "diceraikan", masih berdampingan untuk dioperasi lagi. Penceraian bisa membawa risiko. "Karena pada tiap bayi ada 21 slang menghubungkan mereka dengan berbagai peralatan," kata dr. Sofyan. Operasi selanjutnya: membenahi kaki-kaki yang tegak lurus dengan tulang punggung. Kondisi kaki harus dikembalikan ke posisi lurus supaya kelak bisa digunakan berjalan secara normal. "Operasi ini bagian tersulit terakhir," kata dr. Hidayat, Direktur RSCM. Tapi penempelan pada pantat itu tidak diikuti penyatuan tulang panggul (pelvis). Sendi pangkal paha kedua bayi itu normal. Hanya pelvis yang terbuka. "Mengembalikan posisi kaki, panggul harus ditutup dengan mematahkan pelvis, sehingga kedua bagian pelvis bisa bertemu," kata ahli bedah tulang dr. Sularto Reksoprojo. Seluruh rekonstruksi pelvis dan panggul berlangsung mudah. "Jaringan lemak di daerah itu cukup, bahkan lebih dari yang diharapkan," kata dr. Syamsuhidayat, ketua tim bedah. Setelah proses ini, pemisahan Fransisca dan Theresia memasuki tahap penutup. Mereka dipisahkan, dan operasi dilakukan di dua meja. Operasi tahap terakhir ini dilakukan tim bedah plastik yang dipimpin dr. Bisono dan dr. Sidik. "Prosesnya tak sulit karena tidak terjadi kekurangan kulit," kata dr. Sidik. Operasi penutupan Fransisca usai pukul 15.40, dan Theresia -- meliputi pembuatan anus -- selesai pada 16.45. Seluruh operasi selesai jauh dari perkiraan. "Tadinya kami menyangka akan makan waktu paling cepat delapan jam," kata Syamsuhidayat. "Ternyata, bisa tujuh setengah jam." Dan tentang kelancaran itu, Prof. Hans Monintja berkomentar, "Apa yang kita temukan dalam pra-operatif hampir 100 persen sama dengan kenyataannya." Ketepatan diagnosa, yang melibatkan banyak sekali disiplin dan subdisiplin, kata Monintja, penting dalam suksesnya operasi. Jim Supangkat dan Sugrahetty Dyan K.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus