Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Beras Porang yang Disebut Ganjar Biasa Dimakan Anies Baswedan

Ganjar Pranowo mengungkapkan Anies Baswedan ternyata tidak mengonsumsi nasi beras padi. Tetapi beras Porang. Apa itu?

31 Oktober 2023 | 16.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi beras porang atau shirataki rice. Foto : Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ganjar Pranowo mengungkapkan Anies Baswedan ternyata tidak mengonsumsi nasi beras padi. Bakal capres Koalisi Perubahan itu biasanya lebih memilih dari beras porang atau shirataki rice. Hal itu disampaikannya usai perjamuan makan siang bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama tiga capres di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Enggak ada nasinya tadi (Anies tidak makan nasi). Biasanya bawa porang,” ujar bakal capres PDIP Ganjar Pranowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu nasi porang atau beras porang?

Porang (Amorphophallus Muelleri) merupakan tumbuhan umbi-umbian yang gampang ditemukan di Indonesia. Tanaman keluarga Aracae ini merupakan bahan dasar makanan yang punya banyak manfaat karena kandungan nutrisinya. Biasanya diolah menjadi mi shirataki, namun tenar juga diolah sebagai beras porang.

Beras porang atau lebih populer dengan nama konjac rice merupakan beras artifisial. Bahan makanan ini baru populer dan sedang dikembangkan pula pengolahannya di Indonesia. Salah satunya di Fakultas Teknik Universitas Pasundan (UNPAS). Departemen teknologi pangan kampus tersebut sedang berusaha menciptakan beras analog porang dengan mengurangi kandungan sianida di dalamnya.

“Beras ini nantinya bisa menggantikan konsumsi nasi,” kata Dekan Fakultas Teknik UNPAS Dr. Ir. Yusman Taufik, M. P.

Beras porang sama seperti mi shirataki, keduanya punya manfaat yang sama baiknya untuk menggantikan nasi. Dengan kadar serat glukomannan yang sanggup menyerap air lebih baik, olahan porang mampu memenuhi kebutuhan energi tubuh dalam jangka waktu lebih lama. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa glukomannan mampu mengurangi kadar kolesterol di tubuh.

Grethe Støa Birketvedt, dkk, kelompok peneliti dari Universitas Tronsø, Norwegia, menunjukkan bahwa glukomannan juga mampu menjadi suplemen diet. Dalam penelitian, seseorang yang sehat dan berlebihan badan mampu menurunkan beratnya dalam waktu lima pekan. Sedangkan menurut Brandon Yew, praktisi Pengobatan Tradisional Cina dari Real Health Medical Clinic Singapura, menyatakan konsumsi konjac lebih baik dalam bentuk olahan seperti mi shirataki atau beras porang.

Perkembangan beras analog di Indonesia

Beras porang merupakan beras analog. Profesor Slamet Budijanto, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bandung, mengungkapkan beras analog adalah makanan berbentuk beras yang tidak terbuat dari padi, alias beras alternatif. Beras ini dibuat dari sumber karbohidrat lain dan dibentuk seperti beras.

Namun ini bukanlah hal baru di Indonesia. Sebenarnya, kata dia, beras buatan sudah muncul sejak zaman Presiden Pertama RI Sukarno pada 1960-an. Dulu namanya beras Tekad yang dibuat dari ketela, jagung, kedelai. Namun saat itu teknologi belum seperti sekarang, sehingga kurang berhasil. Ketika dimasak, hancur.

“Kemudian saya berpikir, Indonesia ‘kan punya banyak sumber karbohidrat yang bisa diolah menjadi nonberas. Saya mulai meneliti soal beras nonberas, akhirnya 2011 saya mulai kenalkan beras analog,” kata pria yang sudah meneliti beras analog lebih dari 10 tahun ini, kepada DW Indonesia.

Penelitiannya membuahkan hasil. Beras analog ini tak lagi hancur saat dimasak. Dia menggunakan teknik ekstrusi panas. Ini adalah teknik pembentukan dan penekanan dengan pemanasan. Bahan kemudian dicetak seperti butiran beras. Dulu, kata dia, memakai ekstrusi dingin sehingga hancur saat dimasak. Sekarang pakai ekstrusi panas dengan pemanasan 80 derajat, sehingga sebenarnya nonberasnya sudah matang.

“Saat dimasak di rumah, berasnya tidak akan hancur dan (tidak) berubah bentuk, tetap seperti butiran nasi," katanya.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | PRAMODANA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus