Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Daging Tiruan, Konon Lebih Sehat dari Daging Hewani

Daging tiruan dapat menjadi alternatif daging hewani, daging ini memiliki karakteristik tekstur, sensori ketampakan, dan rasa yang mirip dengan daging asli.

9 Maret 2025 | 11.52 WIB

Ilustrasi daging kambing. Pixabay.com/BlackWolfi
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi daging kambing. Pixabay.com/BlackWolfi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Daging tiruan dinilai lebih sehat ketimbang daging hewani sebab kaya akan serat, karenanya olahan ini menjadi salah satu alternatif pengganti daging yang banyak dicari. Lalu apa itu daging tiruan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari artikel karya Bambang Riyanto, Utami Dyah Syafitri, Joko Santoso, dan Endina Fatihah Yasmin yang berjudul “Karakteristik Daging Tiruan (Meat Analog) Dengan Optimasi Formulasi Substitusi Rumput Laut Menggunakan Mixture Design” pada 2022, meat analog atau daging tiruan merupakan istilah mengenai meniru karakteristik daging konvensional yang meliputi tekstur (serat daging, kandungan air daging) dan sensori ketampakan, warna, dan rasa. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kategori daging tiruan meliputi, produk tipe emulsi atau emulsion type products (sosis), produk bentukan daging lumat atau minced products (patty, burger, nuget), dan produk tipe daging berserat atau muscle-type products (steik). 

Adapun, daging tiruan sebagai protein-based products diklasifikasikan menjadi daging nabati (plant-based meat) yang umumnya kedelai,  daging fermentasi jamur (mikoprotein) serta perkembangan sel punca (stem cell), yaitu daging berbasis sel (in vitro atau cultured meat). 

Perkembangan terkini mencakup protein dari sumber bahan berkelanjutan, misalnya protein serangga dan alga. Daging analog umumnya terbuat dari kedelai atau gluten gandum, selain pati, dan bahan tambahan untuk rasa, warna dan tekstur. 

Kendati dinilai lebih sehat, dilansir dari Channel News Asia, profil nutrisi produk daging tiruan bisa sangat bervariasi. Untuk diketahui, dibandingkan dengan daging biasa seperti daging giling, sosis babi, dan ayam, versi nabati biasanya memiliki lebih sedikit lemak jenuh yakni kategori lemak yang telah dikaitkan dengan penyakit jantung dan tingkat protein yang sama atau sedikit lebih rendah.

Namun,  menurut Dr Dariush Mozaffarian, seorang ahli jantung dan profesor kedokteran di Tufts University, daging nabati juga memiliki kelemahan, yaitu cenderung mengandung lebih banyak natrium daripada daging mentah dan daging yang tidak diolah seperti daging giling, daging babi dan dada ayam. 

Selain itu, salah satu komplikasi tambahan adalah produk daging tiruan biasanya termasuk dalam kategori makanan yang diproses secara berlebihan, yang secara umum telah dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan lainnya.

Sulit untuk membuat produk yang meniru rasa dan tekstur daging asli tanpa menggunakan bahan-bahan yang diproses secara berlebihan, kata para ahli.

Namun, tidak jelas bahwa semua makanan yang diproses ulang itu berbahaya, kata Samuel Dicken, seorang peneliti di University College London yang mempelajari makanan yang diproses ulang. Karenanya, perlu lebih banyak bukti untuk mengetahui manfaat daging tiruan bagi kesehatan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus