Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Daun Sisik Naga merupakan tanaman liar yang banyak ditemukan di Indonesia. Biasanya, tumbuhan epifit kerabat dekat Paku Sarang ini hidup menempel di batang tanaman lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman National University of Singapore, Pyrrosia Piloselloides memiliki nama lain yaitu Pakis Sisik Naga, Sisik Naga, Sakat Ribu-Ribu, dan Sisek Naga. Namun warga lokal paling sering menyebut tanaman ini sebagai Sisik Naga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pyrrosia Piloselloides ditemukan di daerah beriklim tropis, subtropis, atau monsun. Singapura adalah salah satu negara dengan Sisik Naga terbanyak. Tumbuhan ini sering terlihat di batang pohon tua di Singapura. Mereka dapat ditemukan hampir di mana saja.
Pyrrosia Piloselloides memiliki rimpang atau akar yang tipis dan panjang seperti kabel. Daunnya bersifat dimorfik dan memiliki panjang 4 hingga 16 centimeter dengan stipe atau tangkai sekitar 1 centimeter. Tanaman ini juga memiliki sori kontinyu coklat yang berbeda di sepanjang tepi permukaan bawahnya.
Sisik naga memiliki daun steril berdaging berbentuk lonjong dan dengan panjang mulai dari 1 hingga 7 centimeter. Tanaman ini juga memiliki stipes yang juga dikenal sebagai batang pendek atau bahkan tidak ada di daun steril. Semua daun ini ditutupi dengan rambut putih atau coklat.
Pyrrosia Piloselloides biasanya digunakan sebagai obat tradisional di berbagai negara untuk mengobati kondisi yang berbeda. Di Malaysia, ekstrak tumbuhan ini dikonsumsi untuk mengobati batuk, diare, dan kencing nanah. Ekstrak daun Sisik Naga juga digunakan dalam bentuk lotion untuk dioleskan pada cacar, eksim, atau ruam kulit.
Sebuah studi juga telah menunjukkan bahwa Pyrrosia Piloselloides berpotensi digunakan untuk menghambat kanker payudara dan juga digunakan sebagai antioksidan karena ekstraknya telah menunjukkan aktivitas sitotoksik. Tanaman ini juga menunjukkan aktivitas antibakteri yang berpotensi digunakan sebagai pengobatan untuk kaki dan infeksi bakteri lainnya.
Dikutip dari Jurnal Sains dan Kesehatan Universitas Mulawarman, Sisik Naga juga memiliki berbagai kandungan seperti flavonoid, steroid, polifenol, minyak atsiri, saponin, dan tanin. Flavonoid merupakan metabolit sekunder di mana hal ini berkaitan erat dengan pengobatan karena memiliki efek sebagai antioksidan.
Antioksidan bermanfaat untuk melindungi sel dan dapat mencegah terjadinya gangguan neurodegeneratif. Kandungan flavonoid dalam tumbuhan ini memiliki potensi sebagai neuroprotektan. Neuroprotektan merupakan jenis terapi untuk mengurangi terjadinya kerusakan sel karena adanya aliran darah yang terhambat saat memasok oksigen. Jadi, banyak manfaat dari daun sisik naga.