Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pernah mendengar nama Daun Sisik Naga? Bila belum, mungkin Anda tidak asing dengan nama picisan, sakat ribu-ribu (Sumatera), pakis duwitan (Jawa), paku duduwitan (Sunda), dan pispisan (Bali).
Apa Itu Daun Sisik Naga?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman cybex.pertanian.go.id, Daun Sisik Naga merupakan tumbuhan yang kerap dijumpai di daerah Asia Tropis. Tanaman dengan nama ilmiah Pyrrosia piloselloides ini tersebar di negara-negara Asia Tenggara hingga Asia Selatan.
Klasifikasi tumbuhan ini berasal dari divisi Pteridophyta, kelas Polypodiopsida atau Pteridopsida, ordo Polypodiales, famili Polypodiaceae, dan genus Pyrrosia. Oleh sebab itu, Daun Sisik Naga masih berkerabat dengan tumbuhan paku-pakuan seperti pakis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daun Sisik Naga tak dapat hidup sendiri. Tumbuhan ini biasanya menempel pada tanaman lain, atau disebut epifit. Kendati begitu, Daun Sisik Naga tidak dikategorikan sebagai parasit.
Daun Sisik Naga mampu menghasilkan makanan sendiri. Kerabat tumbuhan Paku Sarang ini tak berinteraksi dengan tanah sebagai sumber hara. Tapi, Daun Sisik Naga mampu mengumpulkan hara dari air dan udara, maupun dari debu dan sisa bagian tumbuhan lain yang terurai.
Hara yang didapat kemudian disimpan di dalam daun yang menggembung dan berdaging. Daun Sisik Naga memiliki daun berbentuk bulat atau kadang oval memanjang.
Berikutya: Diameter daun sisik naga kecil...
Diameter daun tumbuhan ini kecil. Panjangnya sekitar 1 hingga 5 sentimeter dengan lebar 1 hingga 2 sentimeter. Ukuran daun yang hampir sama dengan uang logam picisan itu membuat tanaman ini dinamakan picisan.
Warnanya hijau terang saat muda, dan hijau gelap saat tua. Daunnya tebal karena berisi cadangan makanan. Tetapi akan menjadi tipis dan layu saat tua. Daunnya ada yang mandul dan ada yang membawa spora pada bagian bawah.
Meski bukan dikategorikan sebagai parasit, tumbuhan epifit ini dapat menjadi pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit terkadang juga menutupi dan menembus batang pohon inang, sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan yang ditumpangkan, seperti dikutip dari laman distan.sukabumikota.go.id.
Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Pyrrosia piloselloides, tumbuhan epifit yang menyukai ranting pohon yang cenderung kering ini memiliki sifat mengganggu.
Pengamatan eksperimental oleh tim peneliti terhadap tanaman inang Daun Sisik Naga, dengan menghilangkan paku-pakuan ini menunjukkan bahwa tanaman inang lebih subur tanpa gangguan Daun Sisik Naga. Penelitian tim LIPI membuat kesimpulan awal bahwa P. piloselloides merupakan tumbuhan paku fakultatif hemiparasit ringan.
Masih mengutip dari cybex.pertanian.go.id, Daun Sisik Naga memiliki kandungan kimia seperti saponim, polifenol, minyak asiri, triterpen atau sterol, fenol, plavonoid, gula, dan tanin.
Tanaman daun sisik naga ini memiliki rasa sedikit manis, tawar, pahit, dan sejuk. Khasiatnya dapat dimanfaatkan sebagai antiphloogistik, antitoksik, dan peluruh dahak. Seluruh bagian tanaman sisik naga, baik segar maupun dikeringkan, dapat dimanfaatkan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : Selain Bikin Rumah Cantik, 5 Tanaman Hias Ini Bermanfaat untuk Kesehatan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.