Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah “Disease X” sudah banyak terdengar sejak pertengahan 2022 lalu. Menurut World Health Organization (WHO), Disease X mengacu pada pandemi atau epidemi internasional yang mungkin terjadi akibat suatu patogen penyebab penyakit manusia yang kini belum diketahui secara jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari openaccessgovernment.org, Mark Woolhouse selaku profesor epidemiologi dari Universitas Edinburgh menggambarkan awal abad ke-21 sebagai momen bagi sejumlah penyakit menular baru untuk muncul. Bakal ada lebih banyak wabah menyusul SARS-CoV-2 alias Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disease X di sini bukanlah nama penyakit yang sesungguhya, melainkan istilah penanda bahwa akan terjadi pandemi atau epidemi baru di masa mendatang. Menurut zeenews.india.com, Covid-19 juga merupakan “Disease X” sebelumnya. WHO pertama kali mengadopsi istilah tersebut pada Februari 2018 dalam cetak biru penyakit prioritas mereka. Ketika sebuah pandemi atau epidemi yang diperkirakan sudah diketahui, “Disease X” yang ada akan diganti dengan nama baru penyakit itu.
Lebih Mematikan dari Covid-19
Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) menyatakan bahwa Disease X terkini memiliki ancaman lebih besar untuk menginfeksi populasi manusia dan menyebar cepat ke seluruh dunia, dilansir dari siasat.com. Beberapa ahli kesehatan masyarakat percaya Disease X akan bersifat zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia seperti Ebola, HIV/AIDS, dan Covid-19).
Namun, tidak ada prediksi akurat yang dapat dibuat tentang Disease X saat ini. Sejumlah pakar lain terkait Disease X juga percaya bahwa wabah berikutnya dapat menyebar karena virus atau bakteri apa pun. Disease X juga dipercaya bisa timbul akibat kecelakaan atau serangan biologis di laboratorium.
Bagaimanapun, Richard Hatchett dari CEPI memperingatkan agar langkah penanggulangan harus segera dilakukan. Menurutnya, Disease X bukan perihal fiksi yang mengada-ngada. Ini selaras dengan Ketua WHO Tedros Adhanom yang mendesak dunia untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya yang bisa lebih mematikan daripada Covid-19.
Kemungkinan Lain dari Disease X
Menurut timesnownews.com, laporan lebih lanjut menunjukkan patogen penyebab Disease X mungkin adalah “Virus Zombie” yang tersembunyi di lanskap beku selama berabad-abad dan lepas ketika iklim menghangat.
Setiap periode tertentu, WHO memperbarui daftar penyakit yang dianggap menimbulkan risiko kesehatan masyarakat terbesar karena potensi epidemi maupun tidak cukupnya tindak pencegahan. Berikut daftar penyakitnya saat ini:
- Covid-19
- Demam berdarah Krimea-Kongo
- Penyakit Virus Ebola dan Marburg
- Demam Lassa
- Sindrom Pernapasan Timur Tengah Coronavirus (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS)
- Penyakit Virus Nipah dan Henipavirus
- Demam Lembah Rift
- Zika
- “Disease X”
Tetap Waspada dan Berupaya
Masyarakat dunia perlu meningkatkan kewaspadaan dari sekarang. Sama seperti waktu Covid-19 pertama kali muncul, tidak akan ada obat atau vaksin yang tersedia untuk menyembuhkan Disease X.
Akan tetapi, orang-orang tak perlu sepenuhnya panik. Untuk mencegah dan memerangi Disease X, ahli medis dari seluruh dunia mengambil segala tindakan, penelitian, dan pemantauan yang memungkinkan. Secara keseluruhan, mereka percaya bahwa Covid-19 bukanlah wabah pertama atau terakhir yang mendatangkan malapetaka di dunia.
Misalnya saja, Bill & Melinda Gates Foundation telah mengoordinasikan rencana kesiapsiagaan untuk Disease X. Peneliti telah mengidentifikasi hal-hal berikut:
- Area krusial untuk percepatan pengembangan produk penanggulangan medis dan koordinasi internasional.
- Tinjauan platform baru dan peningkatan proses yang terkait dengan manufaktur.
- Pembuatan beberapa panduan koordinasi dan keterlibatan.
Disease X kian menimbulkan ancaman yang serius bagi kesehatan sehingga sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan medis tepat waktu. Seluruh rangkaian perencanaan ini diharapkan dapat merevolusi respons masa depan terhadap pandemi global.
SYAHDI MUHARRAM