Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginstruksikan Kementerian Kesehatan, BRIN, dan BPOM untuk melakukan penelitian mendalam mengenai tanaman kratom yang memiliki kandungan narkotika. Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, menyatakan bahwa Presiden menekankan pentingnya mengoptimalkan manfaat kratom setelah rapat terbatas di Istana Kepresidenan pada Kamis, 20 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Narkotika Nasional (BNN) meminta agar tanaman kratom tetap tidak digunakan oleh masyarakat selama masa riset atas instruksi Jokowi, kecuali untuk kepentingan penelitian. "Kratom memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh, terlebih jika digunakan dengan dosis tinggi," kata Kepala BNN Komisaris Jenderal Marthinus Hukom dalam keterangan tertulis resmi, Jumat, 21 Juni 2024, dikutip Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampai sekarang budi daya dan konsumsi kratom masih belum diatur dalam Undang-Undang (UU) Narkotika, sehingga BNN mengusulkan untuk dilakukan penelitian teknis tentang kratom.
Berdasarkan laman resminya, BNN menyatakan kratom memiliki efek samping yang membahayakan, terlebih bila penggunaannya tidak sesuai takaran. Namun kratom belum diatur dalam Undang-Undang Narkotika. Regulasi pemerintah daerah belum bisa membatasi penggunaan kratom. Badan Pengawasan Obat dan Makanan telah melarang penggunaan daun kratom sebagai suplemen atau obat herbal.
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kratom bukan termasuk narkotika berbahaya dan bisa digunakan sebagai pereda nyeri. Namun, pemerintah menunggu hasil riset lanjut dari BRIN yang dijadwalkan selesai pada Agustus mendatang.
Pemerintah juga membahas tata kelola dan tata niaga kratom untuk merespons keluhan dari masyarakat, terutama 18 ribu keluarga di Kalimantan Barat yang mengalami kesulitan mengekspor kratom karena belum ada standar produk yang jelas.
Moeldoko menjelaskan bahwa kratom telah dikonsumsi secara tradisional oleh masyarakat Kalimantan sebagai sumber energi mirip kopi, dengan tingkat kecanduan yang rendah. Ia menekankan pentingnya regulasi untuk memastikan kratom bebas dari kontaminan seperti bakteri salmonella, ecoli, dan logam berat, yang saat ini menyebabkan penurunan ekspor karena produk sering ditolak dan harganya turun.
"Rapat hari ini bakal memastikan penggolongannya, tata kelolanya, dan tata niaganya bagaimana. Karena ini ditunggu sama masyarakat," kata Moeldoko sebelum rapat, Kamis, 20 Juni 2024.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa antara Januari dan Mei 2023, ekspor utama kratom Indonesia adalah ke Amerika Serikat dengan nilai 4,86 juta dolar AS atau 66,3 persen dari total ekspor. Negara tujuan lainnya termasuk Jerman (0,61 juta dolar AS), India (0,44 juta dolar AS), dan Republik Ceko (0,39 juta dolar AS).
Kratom, atau Mitragyna speciosa, merupakan tanaman dari keluarga kopi yang berasal dari Asia Tenggara. Di beberapa negara seperti Kamboja, Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Papua Nugini, kratom telah digunakan dalam pengobatan herbal sejak abad ke-19. Hingga 2018, manfaat dan keamanannya masih diperdebatkan. Pada 2019, FDA Amerika Serikat menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa kratom aman atau efektif untuk pengobatan apa pun.
Kratom sering digunakan untuk mengatasi nyeri kronis, gejala putus obat opioid, atau rekreasi. Efeknya dimulai dalam lima hingga sepuluh menit dan berlangsung dua hingga lima jam. Daun kratom diyakini dapat meningkatkan kewaspadaan, energi, dan rasa percaya diri selain meredakan nyeri.
Efek samping serius mungkin termasuk depresi pernapasan, kejang, psikosis, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, kesulitan tidur, dan toksisitas hati. Risiko kecanduan juga ada, terutama jika digunakan secara rutin dan dihentikan tiba-tiba. Beberapa kematian telah dilaporkan terkait penggunaan kratom, baik sendiri maupun dicampur dengan zat lain, meskipun toksisitas serius jarang terjadi dan biasanya pada dosis tinggi atau penggunaan bersamaan dengan zat lain.
Kratom tumbuh subur di Kalimantan dan biasanya digunakan sebagai teh atau suplemen untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kesehatan kulit, dan menaikkan libido. Namun, efek samping berbahaya dapat terjadi jika tidak digunakan dengan benar. BNN menyatakan bahwa kratom belum diatur dalam Undang-Undang Narkotika, sehingga regulasi pemerintah daerah belum bisa membatasi penggunaannya.
Alternatif Kratom
Dilansir dari PubMed, selain kratom (Mitragyna speciosa), ada beberapa tanaman lain yang masih dalam keluarga Rubiaceae yang memiliki sifat dan manfaat serupa. Dua di antaranya adalah Mitragyna javanica dan Mitragyna hirsuta. Kedua tanaman ini memiliki kandungan alkaloid yang memberikan efek mirip dengan kratom, meski tidak sekuat dan seefektif kratom.
Mitragyna Javanica
Mitragyna javanica, yang juga dikenal sebagai "javanese kratom," adalah tanaman asli Asia Tenggara yang sering digunakan sebagai alternatif kratom. Meskipun kurang populer dibandingkan kratom, Mitragyna javanica memiliki beberapa kelebihan, terutama karena kandungan alkaloid yang berbeda dan lebih aman. Mitragyna javanica mengandung alkaloid mitrajavine dan 3-isoajmalicine, yang memiliki efek stimulan ringan dan pereda nyeri. Meskipun tidak sekuat mitragynine atau 7-hydroxymitragynine yang ditemukan dalam kratom, alkaloid ini masih dapat memberikan efek relaksasi, meningkatkan energi, dan meredakan ketegangan otot.
Penggunaan Tradisional
Secara tradisional, Mitragyna javanica digunakan oleh masyarakat lokal sebagai tonik kesehatan dan untuk mengatasi berbagai keluhan ringan, seperti sakit kepala dan nyeri otot. Daunnya dapat dikonsumsi dalam bentuk teh atau dikunyah langsung, mirip dengan cara konsumsi kratom.
Keamanan dan Regulasi
Mitragyna javanica dianggap lebih aman dibandingkan kratom karena tidak memiliki kandungan alkaloid yang sama kuatnya. Oleh karena itu, tanaman ini sering dijadikan alternatif di negara-negara yang melarang kratom. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efek jangka panjang dan potensi risiko kesehatannya.
Mitragyna Hirsuta
Dikutip dari laman pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, Mitragyna hirsuta, atau "kra thum khok" dalam bahasa Thailand, adalah tanaman lain dari genus Mitragyna yang sering digunakan sebagai substitusi kratom. Tanaman ini juga asli dari wilayah Asia Tenggara dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Mitragyna hirsuta mengandung alkaloid mitraphylline dan isomitraphylline, yang memberikan efek stimulan dan analgesik ringan. Meskipun efeknya lebih lemah dibandingkan kratom, Mitragyna hirsuta tetap dapat memberikan manfaat dalam hal peningkatan energi, relaksasi, dan pereda nyeri.
Penggunaan Tradisional
Di Thailand dan negara-negara sekitarnya, Mitragyna hirsuta digunakan untuk tujuan serupa dengan kratom, yaitu sebagai tonik kesehatan dan untuk mengatasi kelelahan. Daunnya biasanya diseduh menjadi teh atau dikunyah langsung.
Keamanan dan Regulasi
Seperti Mitragyna javanica, Mitragyna hirsuta juga dianggap lebih aman dan sering digunakan sebagai alternatif kratom di daerah dengan regulasi ketat. Tanaman ini memiliki risiko ketergantungan yang lebih rendah, tetapi tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami efek samping potensialnya.
MICHELLE GABRIELA | KHUMAR MAHENDRA