Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Factitious disorder adalah kondisi mental ketika seseorang mencoba memalsukan atau melebih-lebihkan suatu penyakit yang dialami untuk memperoleh perhatian dan simpati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mereka berbohong tentang gejala, menyabotase tes medis, atau melukai diri sendiri untuk mendapatkan gejalanya. Mendiagnosis dan mengobati factitious disorder sulit karena ketidakjujuran pengidapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir Mayo Clinic, factitious disorder tidak sama dengan menciptakan masalah medis untuk keuntungan praktis, seperti keluar dari pekerjaan atau memenangkan gugatan di pengadilan.
Meskipun orang dengan factitious disorder tahu bahwa mereka menyebabkan gejala atau penyakit, mereka bisa jadi tidak memahami alasan perilaku mereka atau mengenali masalah pada diri mereka sendiri.
Pada tingkat yang lebih parah, pengidap bahkan mengklaim bahwa seseorang memiliki tanda atau gejala penyakit fisik atau psikologis, atau menyebabkan cedera atau penyakit pada orang lain dengan tujuan menipu orang lain.
Kondisi ini dinamai factitious disorder imposed on another (sebelumnya dikenal dengan munchausen syndrome by proxy). Hal ini biasanya dialami orang tua hasil manifestasi child abuse.
Melansir Cleveland Clinic, diperkirakan 1-2 persen pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki factitious disorder. Tetapi karena ini adalah penyakit “tipu daya” (dan membutuhkan tim dokter untuk mendiagnosis), jumlahnya sebenarnya bisa jadi lebih tinggi.
Melansir laman National Health Service UK, factitious disorder merupakan kondisi mental yang kompleks dan sulit dipahami. Banyak orang dengan menolak perawatan psikiatri atau profil psikologis, dan tidak jelas mengapa orang dengan kondisi mental tersebut berperilaku demikian.
Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebab sindrom Munchausen. Ini termasuk:
- Memiliki trauma atau penyakit emosional selama ketika masa kanak-kanak
- Mengalami personality disorder, yakni kondisi kesehatan mental yang menyebabkan pola pemikiran dan perilaku abnormal
- Memiliki dendam terhadap figur otoritas atau profesional kesehatan.
HATTA MUARABAGJA