Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk membuat makanan dan minuman menjadi manis, banyak orang yang menambahkan gula rafinasi ke dalamya. Gula rafinasi merupakan gula bubuk putih yang di dapatkan dari proses ekstraksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Healthline, gula rafinasi ternyata dapat ditemukan dari berbagai sumber makanan. Seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, bahkan susu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gula refinasi digunakan untuk menambahkan rasa pada makanan. Selain itu ia juga bisa berfungsi sebagai pengawet untuk jeli dan acar. Untuk membuat gula refinasi, bahan yang diperlukan berasal dari alam. Contohnya jagung dan tebu.
Cara pembuatannya, jagung diekstrak sehingga menghasilkan pati jagung yang siap dijadikan sirup. Agar terasa lebih manis, enzim HFCS 55 ditambahkan untuk meningkatkan isi fruktosa gula. Setelah itu, sirup jagung akan terasa sangat manis dan siap untuk dipasarkan.
Tak berbeda dengan jagung, tebu juga menjadi bahan pokok membuat gula rafinasi. Namun bila jagung akan diproduksi menjadi sirup, tebu akan dibentuk menjadi kristal kecil. Gula jenis inilah yang sering kita temui di dapur rumah atau pasar terdekat.
Gula rafinasi aman bila dikonsumsi secara wajar. Dilansir dari Everyhealth, berikut adalah 12 efek negatif bila mengonsumsi gula rafinasi secara berlebihan:
- Rasa lapar meningkat dan berat badan bertambah
- Cepat marah
- Mudah kelelahan dan lemah
- Merasa makanan tidak cukup manis
- Selalu ingin makan makanan manis
- Tekanan darah tinggi
- Muncul jerawat dan kerutan
- Sendi terasa nyeri
- Mengganggu jam tidur sehingga berantakan
- Sering terjadi penyakit
- Kerja otak melemah
- Gigi berlubang.
Melihat banyaknya efek negatif dari mengonsumsi gula rafinasi, sebaiknya Anda mulai mengurangi kadar gula dalam makanan ataupun minuman yang Anda konsumsi.
MALINI