Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Leptospirosis, Penyakit yang Sering Muncul Selama Musim Pancaroba

Selain demam berdarah (DBD), leptospirosis juga menjadi penyakit yang sering muncul ketika musim pancaroba tiba. Lantas, apa itu penyakit leptospirosis?

17 November 2023 | 16.00 WIB

Di Bawah Ancaman Banjir dan Kencing Tikus
Perbesar
Di Bawah Ancaman Banjir dan Kencing Tikus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai saat musim pancaroba tiba.

Kondisi ini terjadi ketika banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut berlarian di sekitar manusia dan kotorannya akan bercampur dengan air banjir.

"Seseorang memiliki luka, lalu bermain atau terendam air banjir yang tercampur kotoran dan air kencing tikus mengandung bakteri leptospirosis berpotensi terinfeksi dan akan jatuh sakit," jelas Tjandra pada 4 November 2023.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan antara hewan dan manusia. Seseorang dapat terinfeksi melalui beberapa hal, yaitu:

  • Kontak langsung dengan air kencing atau cairan reproduksi hewan yang terinfeksi.
  • Kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
  • Makan atau minum dari makanan atau air yang terkontaminasi.

Berdasarkan clevelandclinic, biasanya, seseorang yang mengalami leptospirosis paling sering terjadi di daerah tropis dan iklim lebih hangat dengan banyak curah hujan setiap tahun. Berikut adalah beberapa daerah yang memiliki peningkatan risiko leptospirosis, antara lain:

  • Oseania (Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik).
  • Karibia.
  • Bagian dari sub-Sahara Afrika.
  • Bagian dari Amerika Latin.
  • Asia Selatan.
  • Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Penyakit leptospirosis memiliki beberapa gejala tertentu untuk mengenalinya. Seseorang yang memiliki leptospirosis akan mengalami gejala-gejala berikut datang secara tiba-tiba, seperti:

  • Demam tinggi.
  • Mata merah.
  • Sakit kepala.
  • Merinding.
  • Nyeri otot.
  • Sakit perut.
  • Mual dan muntah.
  • Diare.
  • Kulit atau mata kuning.
  • Ruam.

Lalu, leptospirosis berat dapat dimulai 3-10 hari kemudian setelah mengalami gejala di atas, yaitu:

  • Batuk darah.
  • Nyeri dada.
  • Kesulitan bernapas.
  • Air kemih berdarah.
  • Jumlah buang air kecil berkurang.
  • Bintik-bintik datar dan merah pada kulit.

Namun, tidak perlu khawatir karena terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani leptospirosis. Adapun, cara penanganan yang digunakan untuk penyakit leptospirosis sebagai berikut, yaitu:

Antibiotik

Seseorang dapat mengonsumsi jenis antibiotik yang mengobati leptospirosis, antara lain doksisiklin, amoksisilin, ampisilin, penisilin-G, dan ceftriaxone

Ventilasi Mekanik

Jika paru-paru terinfeksi bakteri, seseorang akan mengalami kesulitan bernapas. Akibatnya, seseorang membutuhkan bantuan mesin untuk bernapas dengan leluasa menggunakan ventilasi mekanik. 

Plasmapheresis

Plasmapheresis merupakan pengobatan atau penukaran plasma. Plasmapheresis dapat membantu seseorang yang berisiko mengalami kerusakan organ akibat leptospirosis, terutama ketika musim pancaroba. Selama melakukan prosedur ini, dokter akan mengeluarkan darah menggunakan tabung yang melekat pada vena. Lalu, sebuah mesin akan memisahkan plasma dari darah dan menggantinya dengan pengganti plasma. Darah pun dikembalikan ke tubuh melalui tabung lain.

RACHEL FARAHDIBA R | YUNIA PRATIWI
Pilihan editor : Waspdai Leptospirosis dan Diare di Musim Pancaroba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus