Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di era digital saat ini, penggunaan gadget seperti ponsel pintar dalam waktu yang lama telah menjadi kebiasaan yang sulit dihindari. Kemajuan teknologi memang memberikan banyak manfaat, tetapi juga membawa dampak negatif bagi kesehatan otak. Salah satu efek yang kini banyak diperbincangkan adalah fenomena popcorn brain atau otak popcorn, yang membuat seseorang sulit fokus, cepat berpindah dari satu pikiran ke pikiran lain, dan mengalami gangguan konsentrasi.
Apa Itu Popcorn Brain?
Dilansir dari Antara, istilah popcorn brain menggambarkan kondisi di mana otak seseorang terus menerus berpindah dari satu pemikiran ke pemikiran lain dengan sangat cepat, layaknya biji jagung yang meletus saat dipanaskan. Pikiran yang tersebar ini menghambat fokus, mengganggu konsentrasi, serta menurunkan produktivitas.
Popcorn Brain berkaitan erat dengan kebiasaan menggunakan media sosial dan perangkat digital dalam durasi yang berlebihan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rentang perhatian manusia terus menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir akibat paparan internet dan teknologi digital yang semakin intens.
Kondisi ini diperparah dengan gaya hidup modern yang serba cepat dan kurangnya waktu istirahat yang cukup. Dilansir dari Mayoclinic, konselor kesehatan mental sekaligus pendiri Tampa Counseling Place, Natalie Rosado, mengungkapkan bahwa waktu layar yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan otak, terutama pada anak-anak dan remaja. Efeknya mencakup gangguan perhatian, keterlambatan perkembangan bahasa, serta melemahnya keterampilan fungsi eksekutif otak.
Dampak Popcorn Brain terhadap Kesehatan
Selain mengganggu kemampuan fokus, popcorn brain juga berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Berikut beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan:
1. Gangguan Tidur
Penggunaan ponsel sebelum tidur berisiko mengganggu pola tidur seseorang. Hal ini disebabkan oleh paparan cahaya biru dari layar perangkat digital yang dapat menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, kualitas tidur menurun dan seseorang lebih rentan mengalami kelelahan serta gangguan kesehatan lainnya.
2. Peningkatan Stres dan Kecemasan
Otak yang terus-menerus distimulasi dengan informasi baru tanpa henti dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan. Beban mental yang tinggi membuat otak sulit untuk beristirahat, sehingga memperburuk kondisi psikologis seseorang.
3. Penurunan Kemampuan Mengambil Keputusan
Karena otak sulit fokus dan terlalu sering berpindah dari satu informasi ke informasi lain, seseorang dengan popcorn brain cenderung mengalami kesulitan dalam memproses informasi secara mendalam. Hal ini berujung pada pengambilan keputusan yang buruk dan berkurangnya kemampuan berpikir kritis.
4. Menurunnya Interaksi Sosial
Kebiasaan terlalu lama menggunakan perangkat digital juga berdampak pada kehidupan sosial. Banyak orang lebih memilih menghabiskan waktu online dibandingkan melakukan interaksi langsung, sehingga meningkatkan rasa kesepian dan keterasingan dari lingkungan sekitar.
5. Berkurangnya Kebahagiaan
Ketidakmampuan untuk menikmati momen secara penuh akibat pikiran yang selalu berpindah membuat seseorang kehilangan rasa kepuasan dan kebahagiaan. Hal ini dapat memicu perasaan tidak puas terhadap kehidupan dan memperburuk kondisi mental.
Yolanda Agne berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Macam Gaya Hidup yang Mengurangi Fungsi Kognitif
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini