Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Mengenal Uang Panai dalam Adat Pernikahan Suku Bugis

Uang panai adalah salah satu rangkaian dalam adat perkawinan adat masyarakat Bugis. Bagaimana aturannya?

12 September 2022 | 15.01 WIB

Empat penari melakukan tarian Mappadendang pada ritual adat Mappano`ri wae  (turun sesajen di Air) di Sungai Bijawang, Bulukumba, Sulsel, 14 September 2014. Ritual adat Bugis Makassar ini di gelar sebagai bentuk ucapan rasa syukur warga pada sungai Bijiwang. TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Empat penari melakukan tarian Mappadendang pada ritual adat Mappano`ri wae (turun sesajen di Air) di Sungai Bijawang, Bulukumba, Sulsel, 14 September 2014. Ritual adat Bugis Makassar ini di gelar sebagai bentuk ucapan rasa syukur warga pada sungai Bijiwang. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kejadiaan naas menimpa seorang warga yang akan menggelar pesta pernikahan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) karena rumahnya terbakar oleh api, Sabtu 10 September 2022. Tak hanya membakar rumah, si jago merah itu juga melahap habis uang panai sebesar Rp 40 juta yang akan digunakan sebagai uang panai milik calon mempelai pria.

Bagi masyarakat Suku Bugis, uang panai memegang makna penting dalam pelaksanaan sebuah pernikahan.

Apakah Uang Panai Itu?

Melansir repository.iainpare.ac.id, uang panai merupakan salah satu rangkaian dalam adat perkawinan masyarakat Bugis. Tidak sedikit orang mendefinisikan uang panai sebagai mahar perkawinan. Padahal, pandangan tersebut adalah sebuah kekeliruan.

Uang panai adalah sebutan uang belanja yang digunakan untuk mempersiapkan keperluan acara pernikahan yang diberikan kepada mempelai wanita.  Sementara mahar merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh mempelai laki-laki sebagaimana diajarkan dalam agama islam. Dengan demikian, seluruh kebutuhan acara pernikahan telah diakumulasikan dalam uang panai.

Besaran nominal uang panai yang diberikan kepada mempelai perempuan berbeda-beda, atau dinamis. Jumlah uang panai tidak menutup kemungkinan bahkan bisa mencapai jumlah yang sangat tinggi. Perbedaan nominal ini tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan atau kebudayaan orang Bugis yang suka melaksanakan pesta yang mewah dan meriah. Kemewahan pesta pernikahan menggambarkan niali dan statis sosial dari masyarakat bugis.

Mengutip lppi.umpalopo.ac.id, semakin tinggi strata sosial seorang perempuan yang akan dinikahi, maka nominal uang panai pun semakin besar.  Apalagi, perempuan yang akan dinikahi berpendidikan tinggi, memiliki karir pekerjaan bagus, atau berasal dari keturunan bangsawan. Pengambilan keputusan nominal uang panai ditentukan oleh pihak perempuan, biasanya oleh saudara dari ayah atau saudara dari ibu

Tidak mengherankan, uang panai dipandang sebagai sesuatu yang berharga karena melambangkan perempuan bugis yang ‘mahal’. Selain itu, uang panai menggambarkan kesungguhan seorang laki-laki dalam meminang atau melangsungkan pernikahan dengan perempuan Bugis.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Mengikuti Ritual cera Labu Selamatan Laut Suku Bugis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus