Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Metode Dari Israel

Para ahli di Jerusalem, menemukan metode untuk menenteramkan daya tolak tubuh dalam operasi pencangkokan. Kekurangannya, tidak bisa digunakan dalam transplantasi darah. Dikembangkan di AS. (ksh)

30 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI halnya bangsa Palestina menolak pemukiman Yahudi, tubuh cenderung menolak organ asing yang dicangkokkan. Dan itulah persoalan utama dalam transplantasi. Akibatnya sering membawa kemalangan. Tapi dari Jerussalem pekan lalu ada kabar baik dalam usaha para ahli mengatasi kesulitan itu. Dr Shimon Slavin dan Profesor Zvi Fuks dari Rumahsakit Hadassah menemukan sebuah metode untuk menenteramkan daya tolak tubuh itu. Metode tadi mereka kembangkan di Stanford University, AS, bersama-sama dengan Dr Henry Kaplan dan Dr Samuel Strober. Hanya ada kekurangannya. Dalam sebuah konperensi pers di Jerussalem, Dr Slavin mengemukakan metode yang mereka temukan itu tidak bisa digunakan dalam usaha transplantasi darah. "Inilah kekurangannya yang pokok. Tapi kami sedang meneruskan usaha untuk mengatasinya," katanya. Metode perlawanan terhadap daya tolak tubuh tersebut meliputi penggunaan sinar radiasi dengan dosis yang dianggap tidak berbahaya terhadap pasien. "Dalam laboratorium percobaan terhadap tikus metode ini 100% berhasil," sambung Slavin. Kelenjar Getah Bening Untuk mengatasi masalah daya tolak tubuh ini, para ahli dalam sepuluh tahun belakangan memusatkan perhatian mereka untuk menemukan obat-obatan yang kurang berbahaya. Kalau bukan mencari obat baru seperti itu, mereka berusaha untuk menemukan metode yang bisa mencampurkan sifat-sifat genetika dari si donor dan si pasien. Penemuan Slavin dan teman-teman berdasarkan satu teknik yang sebenarnya bukan asing lagi. Mereka memakai radiasi untuk melumpuhkan sistim pertahanan tubuh terhadap kuman dan infeksi dengan menyiramkan sinar X terhadap kelenjar-getah-bening. Dengan sinar itu kelenjar-getah-bening yang sudah masak (yang berfungsi menangkis serangan kuman dari luar termasuk organ asing) jadi mati. Hingga organ baru yang dicangkokkan tidak lagi ditolak tubuh. Menurut mereka, dengan radiasi itu kelenjar-getah-bening yang masih muda tidak dengan sendirinya mati pula. Sebab bagaimanapun kelenjar ini sangat diperlukan untuk menangkis serangan penyakit, kalau dia sudah cukup masak. Slavin pernah pula mencoba mencangkokkan sel tulang sumsum dari seseorang. Ternyata dengan metode tersebut, tubuh yang ditempeli organ baru nampaknya bisa menerima. Pada pencangkokan tulang sumsum selalu timbul kesulitan ganda karena tubuh bereaksi dalam dua cara. Tubuh menolak sel asing dan sel asing itu sendiri menghasilkan reaksi dalam tubuh yang dikena dengan nama Graft Versus Host Diseasl (GVHD). Reaksi ganda yang selalu fatal. Kata Slavin, ia bisa membatasi kesulitan yang rumit itu dengan meradias kelenjar-getah-bening dalam dosis kecil sementara melindungi bagian tubul yang lain dengan timah. Setelah melakukan radiasi 17 kali (baru terhadap tikus!) ternyata ia tidak melihat pengaruh samping ataupun GVHD.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus