Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tampilan sungguh tak menggoda, saat saya temukan di Kedai Murai, di Tarempa, ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau pada suatu pagi. Apalagi dibandingkan menu sarapan lain. Hampir saja, kantong berisi mi berwarna abu-abu itu tidak saya pilih. Namun, karena belum pernah saya lihat apalagi cicipi, jadi lah saya comot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pedagangnya menyebutnya kwetiau sagu, atau lebih dikenal sebagai mi sagu bagi kebanyakan masyarakat di Riau maupun Kepulauan Riau. Sajian berbahan sagu ini memang khas Melayu dan bisa ditemukan di dua provinsi ini. Tak mengherankan, saya menjumpainya di sebuah kedai kopi yang berlokasi tak jauh dari Dermaga Tarempa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemasan mi sagu dengan kuah pedas di kedai-kedai kopi di Tarempa, ibukota Kepulauan Anambas. Menu sarapan yang biasanya dipadu dengan segelas kopi. Tempo/Rita Nariswari
Karena berbahan sagu itu, warnanya memang tak menggoda, yakni abu-abu agak butek. Terkesan kusam. Apalagi kuahnya ditempatkan terpisah dalam kantong kecil. Uniknya, kantong plastik diikat tali rafia. "Kuahnya pedas, pakai ikan," ujar si enci di Kedai Murai. Ikan tongkol yang biasa digunakan, karena jenis ikan ini paling banyak ditemukan di perairan seputar Anambas.
Mengunyah mi sagu yang kenyal ini ternyata mengasyikkan juga. Dengan sedikit aroma ikan, menu yang terbilang murah dan sederhana ini cukup mengenyangkan. Sajian seharga Rp 3.000 itu dengan cepat melesat di tenggorokan. Berbeda dengan mi sagu di kebanyakan kota-kota besar di Kepulauan Riau atau Riau. Seperti di Batam, mi sagu diolah dengan diberi tambahan seperti telur, udang, bakso ikan dan lain-lain. Harganya tentu berbeda, biasanya mulai Rp 10 ribu.
Baca Juga:
Sarapan di Kepulauan Riau tentunya jangan lupakan secangkir kopi hitam alias kopi O atau bisa juga kopi susu. Sembari berbincang dengan warga setempat, selepas mengunyah mi sagu, seduhan kopi pun menjadi penyemangat untuk menjelajahi pulau-pulau di kabupaten yang pada April 2018 telah memiliki bandar udara yang berlokasi di Desa Bukit Padi, Kecamatan Jemaja Timur.