Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan obsesif kompulsif atau OCD biasanya dikaitkan dengan orang yang suka kebersihan. Faktanya, menurut Mayo Clinic, OCD menampilkan desain pikiran dan ketakutan yang tidak diinginkan yang berubah menjadi obsesi yang membuat orang melakukan perilaku berulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakar kesehatan merasa obsesi dan kompulsi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan tekanan yang signifikan, menyebabkan masalah kesehatan mental. Semakin mencoba mengabaikan atau menghentikan obsesi, semakin hal itu meningkatkan stres dan kecemasan dan pada akhirnya Anda terdorong untuk melakukan tindakan kompulsif untuk mencoba meredakan stres. Hal ini mengarah pada perilaku ritual yang menyebabkan lingkaran setan OCD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter mengatakan OCD sebagian besar berpusat pada tema tertentu, seperti mencuci tangan untuk melindungi dari kuman. Untuk meredakan ketakutan akan kontaminasi, Anda mungkin secara kompulsif mencuci tangan sampai terasa sakit dan pecah-pecah.
Mitos dan fakta terkait OCD
Meskipun umum, OCD adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling disalahpahami karena penggambaran stereotip di media. Banyak yang memiliki pendapat berbeda tentang penderita OCD dan itulah mengapa kita perlu membuang beberapa narasi keliru OCD yang paling umum.
Mitos 1
Semua penggila kebersihan menderita OCD
Fakta: Terobsesi dengan kebersihan bisa menjadi salah satu tanda OCD namun dokter percaya itu juga bisa menjadi ciri kepribadian. Tetapi, semua orang yang menyukai kebersihan dan bekerja ekstra untuk menjaga kerapian rumahnya tidak menderita OCD. Kepribadian dapat dengan mudah dikendalikan. Tetapi jika menderita masalah kesehatan mental, itu dilakukan hanya untuk menghilangkan kecemasan.
Mitos 2
Stres menyebabkan OCD
Fakta: Orang sering percaya mereka yang mengalami stres tak terkendali menderita OCD. Namun, para ahli merasa tidak semudah itu karena OCD dapat memicu ketakutan dan kecemasan. Stres, bagaimana pun, dapat memicu gejala OCD pada manusia. Tetapi stres saja tidak bertanggung jawab sebagai penyebab OCD.
Mitos 3
OCD tidak terjadi pada anak-anak
Fakta: Menurut statistik yang dipublikasikan di Everydayhealth.com, setidaknya satu dari setiap 200 anak dan remaja di Amerika Serikat memiliki gangguan obsesif kompulsif dan dapat menyerang anak berusia 4 tahun. Para ahli percaya siapa pun dapat terpengaruh kondisi kesehatan mental ini.
Mitos 4
OCD hanya dapat dikonfirmasi melalui tes
Fakta: Tidak seperti kanker atau diabetes, gangguan obsesif kompulsif tidak dapat didiagnosis dengan tes darah atau pemindaian. Namun, dokter kemungkinan besar akan melakukan pemeriksaan fisik dan memesan tes untuk mengesampingkan kondisi medis lain. Jika mencurigai Anda menderita OCD, profesional kesehatan mental kemungkinan besar akan menanyakan serangkaian pertanyaan dan mencari tiga tanda OCD:
-Apakah Anda memiliki obsesi?
-Apakah Anda menunjukkan perilaku kompulsif?
-Apakah obsesi Anda menghalangi aktivitas normal?
Mitos 5
OCD tidak dapat diobati
Fakta: OCD dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, termasuk konseling. Menurut pakar kesehatan, banyak orang tidak mencari pengobatan untuk OCD karena dianggap memalukan. Sementara banyak orang tak masalah dengan konseling, beberapa memerlukan kombinasi terapi perilaku dan obat-obatan.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Gejala OCD