Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ruang tunggu sebuah klinik bedah kecantikan di Jakarta, Kamis petang pekan lalu, dipenuhi celotehan dan tawa renyah lima pasien perempuan berusia 22-35 tahun. Mereka yang semula tak saling kenal itu asyik mengobrol dan "mewawancarai" resepsionis klinik tentang prosedur transfer lemak untuk payudara yang bisa dilakukan di sana, sembari menunggu giliran berkonsultasi dengan dokter.
Seorang perempuan berbaju merah tak sungkan mengungkapkan keinginannya memperbesar payudara dengan mentransfer lemak dari salah satu bagian tubuhnya. Yang masih membuatnya deg-degan adalah kemungkinan suaminya memergoki bekas yang aneh di dadanya. Pasien kedua, yang mengenakan gaun ketat hitam-putih di atas lutut, menimpali. Ia juga ingin menjalani transfer lemak agar payudaranya lebih montok. Namun ia masih ragu lantaran belum mendapat gambaran mengenai efek samping prosedur transfer lemak.
Dua pasien lain kemudian menjelaskan bahwa proses transfer lemak tak meninggalkan bekas layaknya implan. Memang bakal ada bekas berupa titik-titik kemerahan, tapi akan hilang satu-dua hari setelah perawatan. "Ayolah, untuk nyenengin suami juga, kok. Enggak ada bekasnya ini," kata salah satu di antara keduanya. Teryakinkan oleh yang lain, perempuan berbaju merah itu kemudian menyerahkan uang muka Rp 7 juta dan membahas jadwal operasi dengan resepsionis. "Bismillah-lah ya, demi kecantikan," ujarnya.
Transfer lemak belakangan semakin populer. Prosedur itu tak hanya dipakai untuk memontokkan payudara, tapi juga memancungkan hidung dan membuat pipi kempot jadi berisi. Dulu penambahan volume itu dengan menyuntikkan silikon cair yang berbahaya, tapi kini para dokter menggunakan lemak tubuh si pasien sendiri. "Jadi, lemak hasil penyedotan, yang biasanya dibuang, kini dimanfaatkan untuk menyempurnakan bagian tubuh yang diinginkan pasien," ujar dokter spesialis bedah plastik Hendri Andreas saat ditemui di Kelapa Gading, Jakarta Utara, dua pekan lalu.
Menurut Hendri, permintaan pasien untuk dipercantik dengan transfer lemak meningkat seiring dengan semakin banyaknya testimoni kepuasan mereka yang pernah menjalani metode tersebut. Pasiennya pun kini tak hanya perempuan dewasa, tapi juga remaja perempuan yang baru lulus sekolah menengah atas. Umumnya, alasan pasien melakukan transfer lemak adalah kurangnya rasa percaya diri dan tuntutan dari keluarga.
Seorang perempuan berusia 31 tahun yang kami temui, misalnya, merasa lebih percaya diri setelah ukuran payudaranya membesar, dari semula cup A menjadi B. Perubahan itu dia-sebut saja namanya Renata-dapatkan setelah melakukan transfer lemak enam bulan lalu. Lemak pengisi payudara perempuan bertubuh singset itu disedot dari bagian lengan kanan dan kiri masing-masing 200 mililiter, dengan alat yang disebut kanula. Ujung kanula yang digunakan mesti berdiameter kecil, 1-2 milimeter, sehingga lemak pun tersedot dalam ukuran mungil.
Dalam kasus lain, Hendri mengungkapkan, bisa jadi lemak di paha dan perut pasien yang diambil. "Tergantung hasil diskusi saya dengan pasien saja," katanya.
Tentu saja, lemak yang disedot tidak bisa langsung dipindahkan. Lemak yang terambil kemudian dimurnikan-dipisahkan antara lemak dan darah serta air-dengan alat centrifuge. Prosesnya hanya sekitar 15 menit. Baru setelah itu lemak diinjeksikan sedikit demi sedikit ke bagian yang diinginkan pasien. Penyuntikan, kata Hendri, mesti dilakukan dari berbagai arah agar tidak menumpuk di satu bagian. Ini juga akan membuat lemak yang dicangkokkan bisa langsung "menyantap" pembuluh darah untuk bisa tumbuh.
Khusus untuk payudara, lemak tidak disuntikkan di kelenjar payudara, tapi di otot, atas otot, dan bagian bawah kulit saja. Dalam kasus Renata, lemak yang diinjeksikan sebanyak 100 mililiter ke tiap payudara. Jumlah lemak yang diambil mesti dua kali lipat dibanding kebutuhan, karena kemungkinan lemak bertahan hidup dan tumbuh di tempat baru setelah disedot hanya 60-70 persen. Adapun lemak yang mati bakal diserap tubuh.
Hasil transfer lemak dinilai Renata memuaskan, karena pembesaran payudaranya terlihat alami. "Beda dengan implan (penanaman payudara palsu). Meski kencang, implan tidak terlihat natural," katanya pekan lalu.
Setelah perawatan pun, Renata tak perlu istirahat lama. Sehari setelah transfer lemak, ia bisa langsung beraktivitas seperti biasa karena prosedur itu tak meninggalkan nyeri. Waktu pemulihan pasien transfer lemak pun hanya sehari, jauh lebih cepat dibanding pasien operasi pemasangan implan yang butuh maksimal dua pekan untuk beristirahat.
Yang juga membuat metode ini digemari adalah efeknya yang tidak meninggalkan luka. Memang akan ada bekas suntikan berupa beberapa titik kecil kemerahan, tapi bakal hilang dalam satu-dua hari. Beda dengan pemasangan implan pada payudara, yang meninggalkan jejak berupa luka parut sepanjang 5 sentimeter di dekat ketiak.
Hendri sempat menunjukkan foto pasiennya yang baru saja menjalani transfer lemak untuk memperbesar payudara. Pada foto itu terlihat sekitar sepuluh titik kecil bekas suntikan di lipatan bawah payudara. Jarak antartitik hanya sekitar 2 milimeter.
Namun transfer lemak bukannya tanpa kelemahan. Hasil metode ini tak awet karena materi pengisinya lemak. Maka, jika bobot tubuh si pasien merosot drastis, bagian yang diinjeksi lemak bisa ikut menyusut. Pun jika berat badan si pasien stabil, hasil transfer lemak maksimal hanya bertahan 15 tahun, lebih singkat dibanding hasil implan, yang bisa awet hingga puluhan tahun.
Dokter spesialis bedah plastik Enrina Diah berpendapat transfer lemak masih "kalah" dibanding operasi implan. Payudara hasil implan lebih padat, sementara lemak karakternya seperti kapas, yang bisa kempis. "Karena itu pasien harus berpikir matang sebelum transfer lemak, karena hasilnya tidak bisa dibatalkan seperti implan," kata Enrina saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis siang pekan lalu.
Risiko yang lebih serius adalah kemungkinan tumbuhnya tumor. Tumor bisa saja tumbuh jika injeksi dilakukan tidak pada tempat yang tepat, misalnya kelenjar payudara. "Lemak yang disuntikkan ke kelenjar payudara bisa menjadi kista. Nah, kista ini bisa jadi berisi lemak, bisa juga tumor. Tapi tentunya risiko ini bisa dihindari jika penyuntikan lemak dilakukan oleh orang yang kompeten," kata Hendri.
Ramadhan, ahli onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, mengatakan lemak yang disuntikkan ke bagian tubuh memang memiliki potensi tumor jika memakai metode stem cell atau sel punca. "Sel punca yang disuntikkan sifatnya potential tumorigenic, bisa menimbulkan perubahan sel normal di payudara ke arah kanker. Soal ini masih terus diteliti," ujarnya saat ditemui pada Rabu siang pekan lalu.
Karena itu, tak semua pasien bisa menjalani transfer lemak. Pasien yang punya riwayat kanker payudara, misalnya, tidak disarankan Ramadhan melakukan transfer lemak. "Dokter susah melakukan deteksi karena kontur payudaranya sudah rusak," katanya.
Ramadhan juga mengingatkan kemungkinan terjadi emboli atau penyumbatan pembuluh darah akibat transfer lemak. Jika sampai terjadi emboli dan lemak menyelinap ke paru-paru, risiko terburuknya adalah kematian. Namun, bagaimana bisa sampai terjadi emboli lemak, disebutkan Ramadhan masih dalam pengkajian.
Hal yang sama dikatakan Budiman, dokter bedah plastik Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. "Dari segi keamanan, menurut saya, implan lebih aman. Sebab, kalau terjadi sesuatu, bisa dikeluarkan kapan saja," ujarnya saat ditemui pada Senin pekan lalu.
Isma Savitri
1. Lemak pengisi payudara disedot dengan kanula sebanyak 200 mililiter. Ujung kanula yang digunakan mesti berdiameter kecil, 1-2 milimeter, sehingga lemak pun tersedot dalam ukuran mungil.
2. Lemak yang terambil kemudian dimurnikan-dipisahkan antara lemak dan darah serta air-dengan alat centrifuge. Prosesnya hanya sekitar 15 menit.
3. Lemak diinjeksikan sedikit demi sedikit ke bagian yang diinginkan. Dilakukan dari berbagai arah agar tidak menumpuk di satu bagian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo