Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Munculnya sang pelumat daging

Streptokokus a ternyata lebih ganas memangsa daging daripada generasi sebelumnya. di beberapa negara maju, bakteri ini merenggut banyak korban.

4 Juni 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UKURANNYA sangat kecil hingga tak terlihat oleh mata telanjang. Jika diintip di bawah kaca mikroskop, bentuknya mirip bola-bola kecil yang bergandengan seperti rantai memanjang. Itulah bakteri streptokokus tipe A, yang sempat membuat panik masyarakat Inggris. Rasa waswas itu tampaknya bisa dimaklumi karena bakteri itu ternyata mampu merusak daging manusia hingga si penderita tewas. Gara-gara ulah streptokokus A, dikabarkan, tujuh orang meninggal di Inggris Rabu pekan lalu. Rupanya, serbuan bakteri ini juga melanda Belanda, Australia, dan Selandia Baru. Di Negara Kincir Angin, streptokokus selama dua tahun terakhir ini telah menelan korban 49 orang. Tahun ini di Australia, dikabarkan, 10 orang meninggal. Sejumlah orang Selandia Baru pernah mengisolasi serta mengamati streptokokus tipe A ini. Dalam pengamatan mereka, bakteri ini sanggup merusak daging dan otot manusia sepanjang 2,5 sentimeter per jam. Jika proses penghancuran itu tak segara dihentikan, dalam tempo 24 jam korban bisa meninggal. Di Inggris, sumber epidemi streptokokus muncul dari kota kecil, Stroud, di Gloucestershire. Kota ini terletak di sebuah lembah yang cukup indah. Sejak tiga bulan lalu, Stroud menjadi sorotan masyarakat akibat adanya bakteri streptokokus yang mematikan. Di antara korban streptokokus di Inggris, empat orang berasal dari Stroud. Mereka menyebutnya "the killer bug" (penyakit yang mematikan). Berawal dari seseorang yang serak tenggorokannya, kemudian menular pada orang lain. Gejala berikutnya, kulit korban yang terinfeksi menjadi hitam dan membusuk. Kasus di Stroud merupakan bangkitnya kembali bakteri streptokokus setelah satu dasawarsa belakangan ini kurang terdengar. Organisme ini, sebagai penyebab kematian, sebenarnya sudah diketahui pertama kali pada abad ke-19. Ketika itu, bakteri ini dengan mudah dapat dihantam dengan belerang dan penisilin. Sebenarnya, pada tahun 1970 daya serangnya sudah tumpul. Ternyata akhir-akhir ini streptokokus bangkit lagi. Para pakar yakin, daya serang itu bangun akibat bakteri ini mengalami mutasi. Sebab, streptokokus mampu mengubah kunci susunan organ tubuh atau asam deoksiribonukleat (DNA) lewat cara bersentuhan dengan temannya -- atau akibat intervensi virus -- sehingga bakteri yang mampu hidup tanpa oksigen (anaerob) ini terkatrol daya rusaknya. Ketika serangan bakteri streptokokus A mulai menampakkan diri di Amerika Serikat dan Skandinavia dua tahun lalu, W. van Leeuwen, ahli mikrobiologi dari Lembaga Negara untuk Kesehatan Rakyat dan Kebersihan Lingkungan Belanda, diminta melakukan penyelidikan oleh Kementerian Kesehatan Belanda. Kemudian, pada tahun 1992 dan 1993, dilakukan pemeriksaan terhadap 220 pasien dari seluruh Negeri Belanda. Hasilnya, ternyata sebanyak 132 pasien telah terinfeksi streptokokus A dengan kondisi sudah parah, sehingga 28 orang di antaranya meninggal. Sedangkan 41 pasien sempat terkena komplikasi toxic shock syndrome, dan akibatnya 21 di antaranya tak dapat diselamatkan. "Serangan bakteri ini sudah menyeluruh di Belanda sehingga kami harus waspada," kata Van Leeuwen kepada wartawan TEMPO. Kenapa streptokokus A berbahaya? Menurut Van Leeuwen, bakteri ini mampu mengeluarkan racun. Racun itu, pada tahap selanjutnya, akan menghancurkan sel-sel otot hingga lumat. "Jadi, bukan bakteri itu yang makan daging. Yang benar, mereka menghancurkannya," katanya. Profesor Robert Utji, Ketua Program Pascasarjana Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI, sepakat dengan pendapat Van Leeuwen. Streptokokus A, katanya, sudah lama dikenal. Bakteri ini penyebab infeksi di tenggorokan. Dan sejak tahun 1960, racun yang disebarkan oleh bakteri ini bisa menyebabkan penyakit jantung atau kelainan pada ginjal. "Sedangkan bentuk baru streptokokus dari hasil mutasi di sini belum ditemukan," kata ahli bakteri ini. Sebenarnya, setiap orang cenderung mengantongi kuman jenis itu. Hanya saja, masing-masing mempunyai kekebalan berbeda. Ketika daya tahan merosot -- biasanya terjadi pada mereka yang punya gizi buruk dan tinggal di tempat kumuh -- peluang bakteri itu berkembang biak pun besar. Pada kondisi seperti ini, streptokokus melakukan aksi penyerangan. Penularannya bisa melalui udara (pada saat bicara atau bersin). Pada awalnya, terjadi peradangan di sekitar tenggorokan, kemudian bengkak dan muncul bercak putih. Yang berbahaya, jika bakteri ini sudah mengeluarkan racun. Nah, kalau bakteri itu tertumpuk di otot, biasanya mereka merusak apa saja, termasuk susunan protein dan karbohidrat pada daging. Semua bahan yang ada di dalam daging dikuras, sehingga timbul nanah. Jika kerusakan otot terjadi di kaki, misalnya, bisa jadi daerah itu harus diamputasi. Sebab, bila terlambat, nyawa akan melayang.Gatot Triyanto (Jakarta) dan Asbari N. Krisna (Amsterdam)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum