Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Mus Mulyadi Idap Diabetes, Stres Bisa Jadi Pemicunya

Musisi keroncong Mus Mulyadi meninggal karena diabetes. Penyakit ini bisa dipicu oleh stres.

11 April 2019 | 17.45 WIB

Berkat karyanya, Mus Mulyadi terkenal hingga Belanda dan Amerika Serikat, dengan sebutan The King of Keroncong. Jenazah Mus Mulyadi masih disemayamkan di Rumah Duka Dharmais, Jakarta Barat, untuk menunggu kedatangan putranya dari Australia dan keluarga besarnya. Dok TEMPO/Novi Kartika
Perbesar
Berkat karyanya, Mus Mulyadi terkenal hingga Belanda dan Amerika Serikat, dengan sebutan The King of Keroncong. Jenazah Mus Mulyadi masih disemayamkan di Rumah Duka Dharmais, Jakarta Barat, untuk menunggu kedatangan putranya dari Australia dan keluarga besarnya. Dok TEMPO/Novi Kartika

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah mengidap diabetes hingga akhirnya mengakibatkan kebutaan, musisi keroncong legendaris Mus Mulyadi tutup usia. Kabar itu disampaikan anak pertama Mus Mulyadi, Erick, di laman Instagram miliknya, @erick_mus.

Baca:
Mus Mulyadi Tutup Usia, Awas Diabetes Menyerang Banyak Organ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Diabetes yang dialami suami Helen Sparingga ini memang dapat dipicu oleh berbagai hal. Salah satunya adalah stres yang dialami dalam waktu lama.

Ketua Fortis C-DOC Anoop Misra, seperti yang dilansir dari laman Times of India, bersama ahli kesehatan lainnya memperingatkan akan adanya perubahan gaya hidup dan rutinitas sehari-hari. Saat ini, stres dipandang sebagai penyebab munculnya beberapa bahaya kesehatan, termasuk diabetes.

Pelepasan beberapa hormon yang trekait stres, adrenalin dan kortisol, bisa meningkatkan kadar gula dalam darah, selain tekanan darah dan denyut nadi. Dan apabila stres tinggi dirasakan secara konsisten, elevasi gula yang sebelumnya biasa menjadi tinggi. Akhirnya pun mengakibatkan diabetes.

“Begitu juga peningkatan tekanan darah, naik terus. Stres juga menyebabkan perubahan pola makan sehingga meningkatkan berat badan yang dapat menambah elevasi gula darah,” kata dia.

Psikiater Senior, yang juga Direktur Cosmos Institute of Mental Health and Behavioural Sciences, Sunil Mittal, mengungkapkan, stres fisik dan emosional dapat mendorong peningkatan hormon yang mengakibatkan peningkatan gula darah.


“Kedua, stres juga dapat menyebabkan disregulasi serupa pada hormon anak-anak. Jika mereka berada di bawah stres konstan dalam lingkungan rumah, anak-anak mungkin memiliki keadaan dysmetabolic,” katanya.

Konsultan Senior (endokrinologi) di BLK Super Speciality Hospital, Ajay Kumar Ajmani juga menerangkan, sesuai dengan temuan terbaru, hormon stres menyebabkan perubahan epigenetik pada sperma. Jadi, ketika ayah sedang stres, hormon dapat berpotensi meningkatkan kadar gula darah pada keturunannya.

“Kadar glukosa darah yang lebih tinggi menyebabkan risiko diabetes yang lebih tinggi, terutama diabetes tipe 2," ucapnya.

Baca:
Mus Mulyadi Derita Diabetes, Hindari dengan 4 Makanan Ini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | TIMESOFINDIA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus